Efesus 3:20 “ Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau fikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.”
Malam itu aku sangat gundah,berulang kali aku menatap layar handphoneku, melihat tulisan berwarna hijau di website SNMPTN, yang minggu lalu membuatku jatuh tersungkur dan sangat bersyukur kepada Tuhan. Tadi pagi aku mendengar dari beberapa teman-temanku yang membicarakan biaya kuliah, ada beberapa dari mereka yang sangat diberatkan dengan biaya awal dan biaya persemester yang ditetapkan Universitas. Sebenarnya, saat ini aku seharusnya aku sedang bersuka cita, namun perbincangan teman-temanku tadi pagi, membuat mataku susah terpejam. Aku menatap langit-langit kamarku dengan tatapan kosong. Didalam hati aku berangan, mengapa aku menyerah begitu saja ,sementara diluar sana ada ribuan orang yang ingin diterima seperti aku, padahal Tuhan sudah menyediakan tempat terbaik untukku . Tapi, aku teringat akan wajah ayahku, Ahh…aku merasa tidak tega mengutarakan ini padanya.
Pastilah, baginya biaya sebesar itu akan sulit dia dapatkan, belum lagi aku harus pindah ke
luarkota, dan tinggal disana, memikirkan segala jenis biaya hidup, transportasi dan tempat. Aku adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, kakak laki-lakiku lah yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Puji Tuhan, dia diterima di STAN,sehingga segala biaya kuliah dan kesehariannya dapat dia penuhi sendiri. Ayahku seorang penatua digereja. Dan ibuku sudah lama dipanggil Tuhan karena kanker yang menggerogoti tubuhnya. Masa-masa pahit yang aku jalani saat Ibu harus mendapatkan penanganan karena penyakit yang ganas tersebut memang sudah berlalu sejak tiga tahun lalu, namun perasaan belum dapat menerima kepergian Ibu masih ada sampai saat ini. Akulah yang menjagai Ibu selama ia dirawat dirumah sakit. Aku memutuskan untuk ijin dari sekolahku selama berbulan-bulan, karena aku tidak mau seharipun berpisah dengan Ibu, walau saat itu Ibu tidak bisa aku ajak bicara.
Malam itu, air mataku menetes lagi. Teringat ibu,aku merindukannya. Aku selalu tidak bisa menahan air mata setiap kali mendengar lantunan lagu “bunda”, Seandainya saat ini dia ada disini, mungkin aku sudah menenggelamkan wajahku di pelukannya dan menangis manja. Sempat tersirat untukku mengubur dalam-dalam cita-cita ini. Aku percaya, dimanapun aku harus belajar, semuanya akan sama saja, yang penting adalah keseriusanku. Tapi, sebelum aku mengambil keputusan itu, aku teringat akan perkataan ibu,bahwa disetiap pergumulan aku harus ingat bahwa aku mempunyai Tuhan yang besar,dan Dia akan membantuku kapanpun aku memanggilnya, Dia tidak akan membiarkan aku terjatuh sampai terjerembab,sebab Dia penuh dengan kasih. Aku menghapus air mata yang masih mengalir, lalu memejamkan mataku dan berdoa ,aku berserah kepada Tuhan dan meminta agar Dia campur tangan didalam masalah ini. Aku merasakan lawatan Tuhan yang sangat besar malam itu. Hampir 1 jam aku tenggelam dalam hadirat Tuhan yang begitu menjamah hatiku, Dia mengembalikan suka cita dan memberikan rasa damai yang sebelumnya pergi entah kemana. Aku kembali tersenyum dengan iman yang percaya, bahwa segala rancangan Tuhan adalah yang terbaik.
Setelah itu, Iseng-iseng aku membuka website resmi tempat aku kuliah, di Handphoneku aku mengetikkan “admis.ipb.ac.id” lalu, setelah itu aku memasukkan password dan id mahasiswa milikku untuk mengetahui biaya yang harus aku bayar. Dan.. Puji Tuhan! Dialah Yesus yang selalu memberikan lebih dari apa yang kita doakan ! Tuhan benar-benar luar biasa, kuasaNya sungguh nyata! Disana aku membaca kalimat yang benar-benar membuatku tidak percaya “Selamat! Anda berkesempatan mendapatkan program BIDIK MISI”.
“Tuhan Yesus!” aku bersorak sungguh sangat bahagia. Meski sempat tidak percaya, namun setelah beberapa kali mengulang log in kesitus tersebut, tulisannya tidak berubah. Sebelumnya bagiku apa yang aku alami ini adalah sesuatu yang sangat diluar logika, karena sebelumnya aku tidak pernah mendaftarkan diriku dalam program ‘beasiswa penuh’ ini, namun Yesus sudah mengerjakan mujizat dalam hidupku. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan, dan dengan air mata bahagia, aku mengirimkan sebuah pesan singkat kepada temanku “Meg…kamu harus dengar ceritaku, kebesaran Tuhan dalam hidupku!”
(Kesaksian: Revi Juniar S, ditulis oleh Mega Linor Widyanthy Tarigan-Mahasiswa)
Recent Comments