Archive for January, 2012

IDOLA!

Ada jamannya boyband dari barat semacam Westlife, Nsync, Backstreetboys, dsb yang digilai kita-kita. Lalu muncul F4 dengan sinetron Meteor Garden-nya yang bikin banyak orang tergila-gila. Habis itu band-band musik yang tak kalah banyak fansnya merajai media. Kini, masanya boyband Asia berjaya, membuat SM*ASH, 7icons dan boy (girl) band Indonesia kebagian rezekinya. Belum lagi Ayu Tingting, Briptu Norman, dan sederet artis lainnya yang dijadikan idola.

Ngomong-ngomong soal idola, sebenernya ada degradasi makna dari kata idola. Diambil dari kata eidōlon (greek) yang berarti ‘an image of a god used as an object of worship’, alias gambaran tuhan yang dipakai sebagai objek penyembahan, atau ‘A false god’ (tuhan palsu). Tapi sekarang, kata idola cuman berarti: ‘an object of extreme devotion’ (objek pemujaan) atau ‘One that is adored, often blindly or excessively’ (sesuatu/seseorang yang dipuja, seringkali secara berlebihan). Kini, kata ‘idola’ dipakai untuk menyebut orang yang populer dan banyak penggemarnya (tokoh, bintang film, penyanyi dsb). 

Kalau sampai anak Tuhan yang tergila-gila sama idola? Hmmm.. Sebetulnya menyukai suatu tokoh adalah hal yang wajar, sangat wajar. Bahkan boleh dibilang bagus jika berdampak positif bagi kehidupan kita. Tapi sebagai anak Tuhan, ngefans or “mengidolakan” seseorang tentunya harus melalui banyak pertimbangan: 

#1. Apakah tokoh yang kita “idolakan” membawa kita kepada hal negatif? (termasuk membuat kita menomorduakan Tuhan). Jika ya.. bertobat dan tinggalkan. 

“..yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.” (2 Korintus 4:4). 

#2. Apakah tokoh yang kita “idolakan”  mengambil banyak sekali perhatian kita? Jika ya, kembali ke poin 1 atau lihat poin 3. 

#3. Apakah tokoh yang kita “idolakan”  membangun kita? Membawa kepada hal yang positif? Jika ya.. lihat poin no 4. 

#4. Yang utama harus tetap Tuhan Yesus di atas segalanya: pikiran-perkataan-perbuatan. 

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (Matius 22:37).

“Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:6). 

#5. Mana yang lebih berpengaruh dalam hidup kita: Firman Tuhan atau sikap/perkataan tokoh pujaan kita? 

#6. Mana yang lebih kita tiru:gaya hidup Yesus ataugaya hidup idola kita? 

#7. Mana yang lebih menyita waktu, pikiran dan perhatian kita: Tuhan atau idola kita? 

#8. Saat idola kita mengecewakan: kecewa berat or asik-asik aja? 

#9. Berhati-hatilah dengan pola pikir yang kita terima, baik dari kepribadian si idola ataupun cerita yang dibawakan si idola. Firman Tuhan harus tetap jadi pedoman nomor satu. 

Kita-kita ini adalah prajurit Allah: “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. (2 Timotius 2:4). Bangun tidur, ingatnya idola atau episode film yang tadi malam kita tonton.Ada show idola kita di tipi, lupa doa, lupa makan, lupa mau nganterin mami ke pasar. Milih pasangan hidup, ngotot pengen kayak idola kita.

Kayaknya, ada banyak hal lain yang perlu jadi fokus perhatian dan pikiran kita: pelayanan kita kepada Tuhan, jiwa-jiwa, dan keluarga kita. Yaa.. semua demi kebaikan kita supaya kita nggak terganggu dalam melayani Tuhan. 

“Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan”. (1 Korintus 7:35). 

“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Filipi 3:7-8). (Fery! http://www.kacamata3d.blogspot.com)

Tips Terpenting Dalam Membangun Hubungan Penuh Arti? (Bagian 1)

Salah satu prinsip dasar membangun hubungan adalah memberi. Semakin berarti pemberian kita bagi si-dia, entah pacar, teman, kongsi, pasangan, anak, orang tua atau pihak lainnya, maka semakin berarti pula hubungan yang dibangun. Pemberian bukan sebatas materi, apalagi uang. Kekuatan hubungan yang pondasinya uang, adalah hubungan yang rapuh. Bahkan ada pepatah, ada uang abang di sayang, tidak ada uang abang ditendang. Itulah kesalahan membangun hubungan dengan uang.

Pemberian atensi, perhatian, mendengarkan semua keluhan, semua ceritanya lalu memberikan kata-kata yang tepat, motivasi sederhana pada saat dan kondisi yang tepat, karena si-dia baru saja mengalami kegagalan atau penolakan, bisa menjadi pemberian yang luar biasa, dan hubungan anda menjadi penuh arti, karena kata-kata yang anda ucapkan “pas banget” dan membangkitkan kembali semangat hidupnya.

Namun sebaliknya, bagi orang yang sudah lelah kesana kemari konseling minta nasihat dan sudah didoakan puluhan kali, maka pertolongan riil, bantuan keuangan yang tidak seberapa jumlahnya, namun menyambung hidupnya, atau membuatnya bisa mengawali usaha kecil-kecilan, pasti tidak akan pernah dilupakan seumur hidupnya, karena itulah kebutuhannya.

Jadi dalam membangun buhungan, fokus anda haruslah dia dan bukan diri anda. Ketika orang jatuh cinta dan fokusnya adalah yang dicintai, bagaimana membahagiakan, membuatnya senang, maka hubungan itu begitu kuat. Membuat diapun bahagia bisa membahagiakan yang dia cintai.

Kapan hubungan rusak, hambar, menimbulkan kekecewaan? Saat fokusnya diri sendiri, ingin dipuji, ingin diperhatikan, ingin didengar, ingin dimengerti dan berbagai permintaan untuk diri sendiri. Bukannya tidak boleh, tetapi jika yang anda maksud adalah membangun hubungan, maka anda yang harus proaktif memberikan yang dia butuhkan, dan andapun pasti akan menerima yang anda perlukan. (bersambung) (Jarot Wijanarko/www.ifadahsyat.com)

Dalam Gelap Kulihat Yesus

Nama saya Ricky Sobana. 33 tahun yang lalu, tepatnya 9 April 1978 saya dilahirkan ke dunia ini. Kehadiran saya ini tentu membawa kebahagian bagi kedua orangtua dan juga keluarga besar mereka. Namun, kebahagian itu harus diiringi dengan kesedihan. Pasalnya, saya terlahir dengan “marfan sindrom”, yaitu mengidap kelainan pada pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata. Ini mengakibatkan mata kiri saya buta total dan mata kanan hanya bisa melihat dengan jarak 15 cm saja. Hal ini dikarenakan waktu mengandung, mama beberapa kali terjatuh.

Tapi meskipun tidak bisa melihat, saya tetap menempuh pendidikan di sekolah umum. Selama proses belajar, saya membutuhkan bantuan teman-teman, terutama dalam hal membaca tulisan yang ada di papan tulis. Setelah itu saya memberikan imbalan berupa uang jajan. Ini terus berlangsung sejak saya SD sampai SMP.

Namun, akhirnya teman-teman mulai enggan membantu. Dan karenanya saya pun mulai melakukan hal itu sendiri dengan cara maju ke depan papan tulis setiap kali akan mencatat. Olok-olok dan sindiran teman-teman tak pernah saya gubris, meski sebenarnya saya sangat malu. Hari demi hari studi terasa semakin berat, sampai akhirnya saya memutuskan berhenti sekolah sejak kelas 2 SMA.

Tahun 1997, saya menjalani operasi mata dan membuat mata kanan saya dapat melihat dengan jelas dan terang. Namun, kebahagiaan ini tidak berlangsung lama. Beberapa hari setelah operasi, saya harus check up ke dokter. Ternyata dokter menyarankan untuk operasi lagi karena ada benang di mata saya. Saya pun melakukan operasi kembali. Hasilnya, mata kanan saya malah sama sekali tidak bisa melihat! Sekarang, kedua mata saya buta total.

Rupanya “benang” yang dimaksud oleh dokter tersebut sebenarnya adalah saraf mata saya, sehingga ketika dia mengguntingnya, maka mata saya menjadi rusak. Di sini jelas sekali terjadi malpraktek, namun saya tidak bisa menuntut secara hukum karena sebelum dioperasi saya diminta menandatanganisuratyang isinya menyatakan bahwa saya siap menerima apapun hasil operasi.

Setelah peristiwa itu, saya mengurung diri di kamar berbulan-bulan. Sedih, marah, kecewa dan takut saya rasakan. Berulang kali saya mencoba bunuh diri, namun rencana itu tak pernah terlaksana. Sampai satu saat saya bermimpi melihat Tuhan Yesus. Dalam mimpi itu Dia pergi meninggalkan saya. Saya sangat sedih sekali.

Esoknya saya memutuskan untuk kembali ke gereja dan pelayanan. Karena saya menyukai musik, terutama alat musik drum, saya pun memilih kembali bermain drum. Begitu sulit memang, namun akhirnya dengan anugerah Tuhan saya dapat bermain drum kembali. Hal ini membuat saya percaya bahwa saya bisa melakukan hal yang bisa dilakukan oleh orang normal. Dengan percaya diri saya mengikuti berbagai perlombaan band, dan menang!

Selain itu, Tuhan juga menjawab doa saya. Ketika saya meminta seorang istri yang normal, Ia memberikan pasangan hidup yang sangat dewasa dan cinta Tuhan sekaligus mencintai saya tanpa melihat kekurangan dan kelemahan saya.

Kini hidup saya dipenuhi mujizat demi mujizat dari Tuhan. Tuhan juga memberikan saya buah hati yang normal pula. Tuhan memberikan pelayanan yang istimewa buat saya, yaitu menjadi pembina kaum muda, worship leader, konselor dan motivator bagi siapa saja yang membutuhkan. Dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, saya membuka rental play station dan mengajar privat drum.

Kemurahan Tuhan semakin banyak saya rasakan ketika saya berhasil membuat sebuah album rohani berjudul Berbahagialah dimana didalamnya berisi lagu-lagu ciptaan sendiri. Lewat album ini, saya rindu sekali umtuk menceritkan kepada mereka yang putus asa, berbeban berat dan tak berpengharapan agar tetap berbahagia. Karena sesungguhnya dalam kelemahan kita, justru di situlah kekuatan Tuhan nyata dalam hidup kita! Tuhan memakai saya tanpa merubah masalah saya, namun merubah hati, pikiran dan cara pandang saya tentang hidup. Bahwa sesungguhnya hidup saya yang dulu terasa gelap kini menjadi terang! (Ricky Sobana)

Sungguh kesaksian yang sangat memberkati! Yuk kita cari dan beli albumnya Ricky “Berbahagialah” di toko buku/kaset rohani terdekat, pasti kita akan mengalami kuasa dan kasih Tuhan Yesus Kristus! – INSIDE

IMAN YANG BENAR

Kalau kita ditanya apa itu iman, mungkin dengan hapal kita akan mengutip Ibrani 11:1, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Pertanyaannya, apakah “segala sesuatu yang kita harapkan” itu? Apa berarti kita bisa berharap kita ingin sesuatu lalu beriman akan mendapatkannya?

Kalau begitu kasusnya, kenapa banyak orang yang tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan? Kenapa banyak orang yang kecewa karena mereka tidak mendapat apa yang mereka imani? Tanya kenapa???

Artinya ayat itu tidak mempunyai makna sedangkal yang kita kira selama ini. Kita mengharapkan sesuatu lalu beriman akan mendapatkannya. No, there is something more than that.Adasesuatu yang lebih dari sekadar beriman mendapatkan apa yang kita inginkan.

Kalau mau jujur yang kita sebut iman selama ini sebenarnya adalah keinginan pribadi kita dan berharap Tuhan setuju dengan permintaan kita itu. Lalu kalau kita tidak mendapatkannya, kita beralasan “Bukan kehendak Tuhan…”

Tapi apa itu iman yang dimaksud Alkitab?

 Mendengar Lalu Beriman

Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17)

Ayat itu dengan jelas mengatakan kalau iman lahir karena Tuhan mengatakan sesuatu kepada kita. Dan dari apa yang Dia katakan itulah kita punya iman. Jadi iman bukan tentang apa yang kita inginkan. Tapi tentang apa yang Tuhan katakan pada kita.

Iman bukan mempercayai apa yang ingin kita percayai. Iman adalah mempercayai apa yang Tuhan katakan. Inilah dasar dari iman.

Bagaimana Caranya Mendengar?

Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana kita bisa mendengar apa yang Tuhan katakan? Di sinilah kita butuh kepekaan. Tuhan bicara lewat banyak cara, “Karena Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya” (Ayub 33:14), lewat Alkitab, hamba-Nya, teman-teman, situasi, dll. Masalahnya bisakah kita mendengarnya?

Di sinilah kita membutuhkan saat teduh. Dalam saat teduh kita belajar bukan hanya berkata-kata kepada Dia, tapi juga mendengarkan Dia. Dalam saat teduh kita belajar mengenali suara-Nya.

Iman dan Perbuatan

Kalau kita sudah punya iman seperti ini baru kita bisa melakukan tindakan iman seperti yang dikatakan Yakobus “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:17). Tindakan iman ini adalah bukti kalau kita percaya pada apa yang Tuhan katakan pada kita.

Jadi sudahkah kita memiliki iman yang benar? (denny pranolo)

IMAN

APAKAH IMAN ITU?

Dalam Ibrani 11:1 tertulis: Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

DASAR

Tertulis bahwa iman itu dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan! Pengharapan akan apa? Pengharapan akan segala sesuatu! Pengharapan akan Janji Keslamatan (Yoh 3 : 16), pengharapan akan Janji Kesembuhan (I Petrus 2 : 24), pengharapan akan Janji Hidup dalam Kelimpahan (Yoh 10:10b), pengharapan akan Janji Mujizat, pemulihan dan masih banyak lagi.

Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? (Rom 8:24)

Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita… (Ibr 6:19)

Hanya pengharapan kita kepada Yesus yang bisa mewujudkan Janji-Janji Allah itu dalam hidup kita, karena Allah Bapa telah memberikan segala kuasaNya kepada Anaknya yang tunggal (Mat 28:18).

BUKTI

Ketika kita memiliki iman, itu sudah cukup jadi bukti bahwa apa yang kita percayai, yaitu Yesus Kristus adalah Tuhan & Juru Selamat Manusia yang sungguh hidup & nyata. Walaupun kita belum melihatnya tetapi kita percaya Dia hidup (Rom 10:9-10)

DARI MANA DATANGNYA IMAN?

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (Ef 2:8-9).

Bagian Allah adalah memberikan iman kepada kita. Bagian kita adalah menjaga dan mempertahankannya sampai kekekalan!

CARA MEMPERTAHANKAN DAN MEMBUAT IMAN BERTUMBUH MAKIN KUAT

1. Mendengar Firman Allah.

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17).

Disiplinkan diri untuk membaca Alkitab setiap hari, maka pastilah iman kita kepada Tuhan akan semakin kuat. Iman itu adalah perisai, untuk kita bisa bertahan menghadapi serangan iblis/peperangan/pergumulan dalam pikiran kita. Contoh: ketika pikiran kita sudah berkata “tidak ada jalan keluar, kalau keadaannya seperti ini”, maka jika kita tidak meninggalkan pembacaan Alkitab setiap hari, iman kita akan melindungi kita dari pikiran-pikiran negatif yang entah datang dari keadaan sekitar, atau intimidasi iblis lewat apa yang kita tonton, dengar dan lihat secara kasat mata.

2.  Melakukan Firman Allah yang telah kita dengarkan.

Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (Yak 2:17)

Mendengarkan Firman Allah saja, tidak cukup. Karena tanpa kita praktekkan, maka yang kita dapatkan hanya rasa “bosan”. Biasanya kalimat “Ini lagi, ini lagi,” adalah pertanda bahwa kita sering mendengarkan Firman yang sama, hanya saja kita tidak/enggan melakukannya.

3.  Melewati ujian dalam penderitaan dan aniaya.

Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan. (2 Tim 3:12-13).

Penderitaan dan aniaya bisa berupa: jawaban doa yang tertunda, olok-olok dari orang yang tidak percaya/beriman seperti apa yang kita percayai, masalah yang tidak kunjung selesai, atau hal lain yang membuat kita “nyaris” menyerahkan apa yang kita imani/percayai. Tapi… justru di saat itulah, kita harus tetap beriman! Mengapa? Karena kita tahu, di saat yang sama, iman itu diuji, dan setelah lulus ujian, kita pasti (sekali lagi, PASTI!) menuai hasilnya! Dan hasil itu memampukan kita menyaksikan kebaikan dan kuasa Tuhan, untuk kemuliaanNya!

IMAN TANPA PERBUATAN, MATI

Iman memang penting untuk kita punyai. Tapi, tidak hanya sampai di situ. Kita juga harus melangkah atas dasar iman tersebut!

Ribuan km perjalanan yang harus kita tempuh baru akan kita capai, ketika kita mengawalinya dengan satu langkah! Dengan kata lain, tanpa langkah awal (langkah pertama yang harus kita ambil), maka kita tidak akan pernah pergi kemanapun! Seperti itu juga IMAN yang kita punyai.

Kesuksesan setiap orang selalu diawali dengan kegagalan demi kegagalan. Tidak ada jalan yang mulus. Tuhan Yesus pun tidak pernah mengajarkan bahwa semua bisa kita dapatkan secara instant. Tapi yang membedakan seseorang bisa mencapai kesuksesan yang dia inginkan dengan yang tidak bisa mencapainya, adalah tindakan melangkah! Jadi, selanjutnya, MELANGKAHLAH atas dasar iman yang fondasinya adalah FIRMAN TUHAN dan Janji-janjiNYA! Apa sajakah janji Tuhan yang kita inginkan dan percayai untuk kita alami? Lakukan sesuatu sejalan dengan itu! Hiduplah dalam kebiasaan yang sesuai. Jalani keseharian dan apa yang dipercayakan Tuhan kepada kita dengan benar dan baik.

Akhir kata, yuk kita baca keras-keras ayat ini:

Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya (Ibr 10:35). Selamat beriman dan bertindak!! (Junaidi-INSIDE)

Continue reading