Ada jamannya boyband dari barat semacam Westlife, Nsync, Backstreetboys, dsb yang digilai kita-kita. Lalu muncul F4 dengan sinetron Meteor Garden-nya yang bikin banyak orang tergila-gila. Habis itu band-band musik yang tak kalah banyak fansnya merajai media. Kini, masanya boyband Asia berjaya, membuat SM*ASH, 7icons dan boy (girl) band Indonesia kebagian rezekinya. Belum lagi Ayu Tingting, Briptu Norman, dan sederet artis lainnya yang dijadikan idola.
Ngomong-ngomong soal idola, sebenernya ada degradasi makna dari kata idola. Diambil dari kata eidōlon (greek) yang berarti ‘an image of a god used as an object of worship’, alias gambaran tuhan yang dipakai sebagai objek penyembahan, atau ‘A false god’ (tuhan palsu). Tapi sekarang, kata idola cuman berarti: ‘an object of extreme devotion’ (objek pemujaan) atau ‘One that is adored, often blindly or excessively’ (sesuatu/seseorang yang dipuja, seringkali secara berlebihan). Kini, kata ‘idola’ dipakai untuk menyebut orang yang populer dan banyak penggemarnya (tokoh, bintang film, penyanyi dsb).
Kalau sampai anak Tuhan yang tergila-gila sama idola? Hmmm.. Sebetulnya menyukai suatu tokoh adalah hal yang wajar, sangat wajar. Bahkan boleh dibilang bagus jika berdampak positif bagi kehidupan kita. Tapi sebagai anak Tuhan, ngefans or “mengidolakan” seseorang tentunya harus melalui banyak pertimbangan:
#1. Apakah tokoh yang kita “idolakan” membawa kita kepada hal negatif? (termasuk membuat kita menomorduakan Tuhan). Jika ya.. bertobat dan tinggalkan.
“..yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.” (2 Korintus 4:4).
#2. Apakah tokoh yang kita “idolakan” mengambil banyak sekali perhatian kita? Jika ya, kembali ke poin 1 atau lihat poin 3.
#3. Apakah tokoh yang kita “idolakan” membangun kita? Membawa kepada hal yang positif? Jika ya.. lihat poin no 4.
#4. Yang utama harus tetap Tuhan Yesus di atas segalanya: pikiran-perkataan-perbuatan.
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. (Matius 22:37).
“Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:6).
#5. Mana yang lebih berpengaruh dalam hidup kita: Firman Tuhan atau sikap/perkataan tokoh pujaan kita?
#6. Mana yang lebih kita tiru:gaya hidup Yesus ataugaya hidup idola kita?
#7. Mana yang lebih menyita waktu, pikiran dan perhatian kita: Tuhan atau idola kita?
#8. Saat idola kita mengecewakan: kecewa berat or asik-asik aja?
#9. Berhati-hatilah dengan pola pikir yang kita terima, baik dari kepribadian si idola ataupun cerita yang dibawakan si idola. Firman Tuhan harus tetap jadi pedoman nomor satu.
Kita-kita ini adalah prajurit Allah: “Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya. (2 Timotius 2:4). Bangun tidur, ingatnya idola atau episode film yang tadi malam kita tonton.Ada show idola kita di tipi, lupa doa, lupa makan, lupa mau nganterin mami ke pasar. Milih pasangan hidup, ngotot pengen kayak idola kita.
Kayaknya, ada banyak hal lain yang perlu jadi fokus perhatian dan pikiran kita: pelayanan kita kepada Tuhan, jiwa-jiwa, dan keluarga kita. Yaa.. semua demi kebaikan kita supaya kita nggak terganggu dalam melayani Tuhan.
“Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan”. (1 Korintus 7:35).
“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Filipi 3:7-8). (Fery! http://www.kacamata3d.blogspot.com)
Recent Comments