Archive for April, 2011

Tut-tut!

Hmm.. ada SMS masuk, pasti dari Tuhan. Wah lama aku gak dapet tugas dari Tuhan. Jadi ingat waktu Tuhan ngasih aku tugas buat ngasih tau Abraham biar cepet-cepet keluar dari Sodom dan Gomorah sebelum Tuhan marah besar en ngobrak-ngabrik itu kota terkutuk. Atau pas aku ditugasin ngomando angin buat ngebelah laut. Atau disuruh-suruh tugas-tugas laennya yang gak kalah keren en dahsyat banget, kayak kirim banjir besar, kirim tiang api, kirim tulah, perang pake pedang api. Keren-kereeeeen abiis! Siapa dulu dong…. Tuhan!!

“Gabriel, turun ke bumi, cari seorang perawan muda bernama Maria di kota Nazareth, sampaikan padanya bahwa ia akan mengandung seorang bayi dan namai bayi itu Yesus” -pengirim: Tuhan.
Alaaaaah… Gampaaaang! Sudah sering aku disuruh nyampein kabar gembira bahwa seseorang bakalan punya anak. Dulu juga aku disuruh nyampein pesen buat Zakaria kalo dia bakalan punya anak di usia tuanya. Oke deh, aku cabut dulu!

Tapi…, tunggu-tunggu! Ada yang aneh!. Aku buka lagi inbox hp-ku. Hmmm… Seorang perawan muda? Perawan? Bagaimana caranya ia bisa mengandung? Apa ia punya suami?  Aah.. emang gue pikirin, Tuhan kan Maha Kuasa, apa aja bisa Dia lakuin! Oke Boss! Cabuuut!

Tut-tut! Nah lho SMS lagi. “Gabriel, katakan pada Maria, jangan takut, Aku akan datang sebagai manusia melalui kandungannya untuk menyelamatkan dunia.” – pengirim: Tuhan.

Aku baca sekali lagi… salah baca kali, … emmmh… bener kok. Apa Tuhan salah tulis, gitu? Gak mungkin. Apa Tuhan lagi gak ada kerjaan kali? Aku gak ngerti. Tuhan yang Maha Kuasa, Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, Tuhan yang mengatur waktu, planet, jagat raya, Tuhan yang agung dan disembah dan dipuji seisi surga tiap saat, Tuhan yang mulia, yang… yang… aku gak tau harus ngomong apa lagi… Surga aja gak cukup buat nampung Dia, kini Dia mau menjelma menjadi seorang bayi? Bayi! ..Bayi, man! Apa itu agak… mustahil?

Aku gak bisa bayangin Tuhan menangis…, mengompol…, menyusu…, dimandiin…, menggantungkan kesehatan dan keselamatannya pada seorang gadis muda yang gak tau apa-apa, yang lagi kesengsem ama si Yusuf. Wah-wah-wah… gimana kalo Maria tiba-tiba bete en ninggalin anaknya? Atau Si Yusufnya serong terus ninggalin Maria… bisa-bisa kacau! Aku gak habis pikir, aku gak ngerti rencana “gila” Tuhan ini. Apa aku SMS balik ya? Mungkin Dia lagi ngerjain aku kali! Mungkin aku lagi ada di acara reality show dimana aku jadi korban jail? Ahh.. aku gak berani nanya. Gimana entar aja deh!

Syut.. aku sampai di sebuah gubuk jelek di kota Nazareth. Gadis itu sedang tidur. Elok memang tapi lugu banget! Dia bakalan jadi “ibu”-nya Tuhan? Aku melayang-layang menenangkan diri sebelum aku siap menyampaikan pesen itu. Aku masih berpikir itu mustahil… bukannya aku gak percaya Tuhan bisa melakukannya… tapi aku masih ragu apa bener Tuhan mau melakukannya?

Aku inget waktu sohibku si Lucifer tiba-tiba memberontak ama Tuhan. Gak tanggung-tanggung Tuhan ngusir dia tanpa ampun. Semua ciptaanNya bisa Ia ancurin en “daur ulang” kalo memang Tuhan mau. Tapi… ada apa dengan manusia? Tuhan sangaaat mencintai ciptaan yang satu ini. Mau bandel segimana juga tetep diberkati en diampuni. Kalo hilang.. eh dicariiiii.. ampe ketemu. Sekarang Dia rela ninggalin statusnya sebagai Tuhan dan merendahkan diriNya menjadi seorang bayi… bahkan bayi miskin di gubuk tua, agar manusia diselamatkan. Aku terharu, andai aku bisa seberharga itu.
Maria terkejut ketika melihat aku, keren kali ya sayapku… hehe. Aku sampaikan pesen dari Tuhan buat dia. Dia tampak bingung… katanya: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”.
“…Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil!”, jawabku mantap. Sebenernya jawaban itu bukan cuman buat Maria, tetapi buat aku juga. (Fery Ferdiansyah! http://www.kacamata3d.blogspot.com/ inspirasi dari When God Whispering Your Name, Max Lucado) SELAMAT NATAL TEMAN-TEMAN!!

PAUSE ON PURPOSE

Having withstood (=bertahan menghadapi) the devil’s wilderness temptation (=cobaan iblis di padang gurun) and his hometown’s harsh rejection (=penolakan yang keras), Jesus journeyed (=melanjutkan perjalanan) to Capernaum, where the citizens give him a ticker-tape reception (=sambutan yang baik).

They were astonished at (=sangat kagum akan) His teaching. (Luke 4:32)

The story of what he had done spread like wildfire (=tersebar sangat cepat) throughout the whole region (=daerah). (v. 37 NLT)

People throughout the village brought sick family members to Jesus. No matter what their diseases were, the touch of his hand healed every one. (v. 40 NLT)

Could Christ want more? Enthralled masses (=orang banyak yang sangat menyukainya), just-healed believers, and thousands who will go where he leads. So Jesus …

Rallied a movement? (=Memimpin kegerakan). Organized a leadership team? Mobilized a political-action society? No. He baffled (=membuat heran) the public-relations experts by placing the mob  in the rearview mirror (=tidak mempedulikan orang banyak) and ducking into (=masuk) a wildlife preserve (=cagar alam), a hidden cove (=teluk yang tersembunyi), a vacant building (=gedung kosong), a deserted place (=gurun pasir).

Verse 42 identifies the reason: “the crowd … tried to keep Him from leaving them.”

More than once he exercised crowd control (=tidak terpengaruh oleh orang banyak). “When Jesus saw the crowd around him, he told his followers to go to the other side of the lake” (Matt. 8:18 NCV).

When the crowd ridiculed (=menertawakan) his power to raise a girl from the dead, he evicted (=mengusir) them from the premises. “After the crowd had been thrown out of the house, Jesus went into the girl’s room and took hold of her hand, and she stood up” (Matt. 9:25 NCV).

After a day of teaching, “Jesus left the crowd and went into the house” (Matt. 13:36 NCV).

Though surrounded by possibly twenty thousand fans, he turned away from them: “After Jesus had sent the crowds away” (Matt. 15:39 CEV).

Christ repeatedly escaped the noise of the crowd in order to hear the voice of God.

He resisted (=menentang) the undertow (=arus) of the people by anchoring (=berlabuh) to the rock of his purpose: employing his uniqueness (=keunikan) (to “preach … to the other cities also”) to make a big deal out of God (“the kingdom of God”) everywhere he could.

And aren’t you glad he did? Suppose he had heeded (=memperhatikan) the crowd and set up camp in Capernaum, reasoning, “I thought the whole world was my target and the cross my destiny. But the entire town tells me to stay in Capernaum. Could all these people be wrong?”

Yes, they could!

In defiance (=bertentangan dengan) of the crowd, Jesus turned his back on the Capernaum pastorate and followed the will of God. Doing so meant leaving some sick people unhealed and some confused people untaught. He said no to good things so he could say yes to the right thing: his unique call. Not an easy choice for anyone.

God may want you to leave your Capernaum, but you’re staying. Or he may want you to stay, and you’re leaving. How can you know unless you mute (=menyuruh diam) the crowd and meet with Jesus in a deserted place?

“Deserted” need not mean desolate (=terpencil), just quiet. Simply a place to which you, like Jesus, depart. “Now when it was day, He departed” (Luke 4:42). “Depart” presupposes a decision on the part of Jesus. “I need to get away. To think. To ponder. To rechart my course.” He determined the time, selected a place. With resolve (=memutuskan), he pressed the pause button on his life.

The devil implants (=menanam) taximeters (=argo taksi) in our brains. We hear the relentless (=tidak kenal belas kasihan) tick, tick, tick telling us to hurry, hurry, hurry, time is money … resulting in this roaring blur called the human race.

But Jesus stands against the tide, countering the crescendo (=nada yang semakin keras bunyinya) with these words: “Come to Me, all you who labor and are heavy laden, and I will give you rest” (Matt. 11:28). Follow the example of Jesus, who “often withdrew into the wilderness and prayed” (Luke 5:16).

God rested after six days of work, and the world didn’t collapse (=runtuh). What makes us think it will if we do? (Or do we fear it won’t?)

Follow Jesus into the desert. A thousand and one voices will scream like banana-tree monkeys telling you not to. Ignore (=abaikan) them. Heed (=perhatikan) him. Quit your work. Contemplate (=renungkan) his. Accept your Maker’s invitation: “Come aside by yourselves to a deserted place and rest a while” (Mark 6:31).

And while you are there, enjoy some blackberries. (maxlucado.com)

Gagap Tapi Bisa Kuliah Master di UCLA, United States

Nama saya Veli Sungono. Sekarang ini saya mengajar di bidang riset kesehatan dan biostatistik di Universitas Pelita Harapan. Selain itu saya juga sedang melakukan penelitian di bidang HIV/AIDS. Dua tahun lalu saya mengikuti kuliah S2 di School of Public Health, UCLA (University of California Los Angeles), USA, di bidang penyakit epidemik dan kesehatan masyarakat dengan beasiswa penuh dari Institusi Kesehatan Amerika (National Institute Health-USA).

Dulu sewaktu kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2001-2004), saya mendapat beasiswa/full-scholarship dari Singapore Airlines. Setelah lulus, saya bekerja di bidang medical-group Lippo di Karawaci  yang bergerak dalam penelitian kesehatan tentang  kanker. Bulan Mei 2005, saya dikirim ke Shanghai Cancer Institute untuk mengikuti training selama 6 bulan. Semua ini terasa menakjubkan, tetapi ada begitu banyak tantangan yang harus saya lewati bersama Tuhan.

Sejak kecil, saya gagap. Rasanya sulit sekali berbicara dengan lancar. Saya merasa sangat minder, ditambah lagi sering diejek oleh teman maupun guru. Saya sering putus asa. Saya sudah membayangkan selesai sekolah nanti saya akan berkerja sebagai pemain pantomim, karena pekerjaan ini hanya memerankan adegan bisu, tanpa perlu bicara. Saya sering menghindari pekerjaan yang membutuhkan banyak bicara.

Tahun 1992, usaha keluarga saya bangkrut, dan akhirnya kami harus pindah dari Pontianak ke   Jakarta .  Awalnya saya adalah anak paling nakal. Dulu kalau butuh sesuatu, saya tinggal meminta dan selalu tersedia. Sekarang setiap pagi pukul 5 kurang, saya sudah harus bangun dan membantu mama membuat kue. Saya melihat mama bangun pukul 3, membuat adonan kue.  Kemudian pk. 6.45 sudah harus membawa banyak kue dan berjualan di pasar. Keadaan ekonomi yang sulit ini justru memotivasi saya untuk bangkit. Di Pontianak, ranking saya pernah mencapai 30, tetapi waktu sekolah di  Jakarta, saya sadar bahwa saya tidak bisa seperti dulu. Saya mulai rajin, dan akhirnya mendapatkan ranking 1 sekaligus beasiswa.

Setiap pergi ke sekolah, saya harus berjalan kaki sambil membawa kue untuk dititipkan di kantin sekolah. Saya juga bekerja di kantin selama 3 tahun (kelas 3 SMP sampai SMA kelas 2). Jika melihat guru, saya sering menyembunyikan diri karena kuatir dikenali sebagai siswa tapi ikut berjualan, rasanya malu sekali. Teman-teman mengira saya adalah anak pemilik kantin.

Di saat seperti itu, Roh Kudus sering mengingatkan bahwa Ia tidak pernah malu, karena saya harus berjualan ataupun berjalan kaki ke sekolah. Roh Kudus berkata bahwa saya seharusnya merasa malu, jika saya menyontek, mencuri, iri hati, atau berbuat dosa. Sejak saat itulah saya mulai belajar untuk tidak merasa malu dengan keadaan saya. Saya pertama digaji sebesar 30 ribu oleh pemilik kantin. Saya merasa sangat senang bisa memberikan perpuluhan, walaupun cuma 3 ribu.

Roh Kudus Membuat Saya Berani Bermimpi

Saya takut bermimpi besar, tetapi setiap kali merenungkan Firman Tuhan, Roh Kudus sering memberi gambaran/penglihatan sekilas bahwa saya akan menjadi saksi bagi bangsa-bangsa dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Awalnya saya berpikir bahwa Roh Kudus hanya menghibur saya saja, supaya tidak terlalu sedih. Akan tetapi, semakin saya membaca dan merenungkan FirmanNYA, kepercayaan diri saya mulai dipulihkan Tuhan. Saya mulai disembuhkan dari kegagapan, walau tidak instan.

Belajar Lebih Keras dari Teman-Teman dan Berani Melangkah

Saya sadar bahwa saya gagap, dan orang tua tidak memiliki dana untuk kuliah saya. Oleh sebab itu saya berkomitmen untuk belajar lebih tekun daripada teman-teman. Sewaktu kuliah di Universitas Indonesia/UI saya sadar saya tidak pandai bicara. Akan tetapi setiap kali ada kesempatan dalam tugas presentasi, saya aktif menawarkan diri menjadi wakil kelompok untuk bicara di depan. Biasanya teman-teman menolak, dan selalu menunjuk orang lain. Saya ambil kesempatan itu untuk berlatih. Memang, pada waktu berdiri di depan kelas, saya bicaranya sangat berantakan. Ada kalanya saya gagap di depan kelas, berbicara dengan tidak sistematis dan banyak kesalahan yang bisa saya temukan saat presentasi. Yang pasti, saya selalu mengevaluasi diri dan belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Prinsip saya, lebih baik mencoba, walaupun gagal, namun akhirnya belajar sesuatu yang baru, daripada tidak mencoba sama sekali dan tidak belajar apapun. Itu artinya stagnasi/tidak mengalami kemajuan apapun.

Bencana Keterlambatan Beasiswa Justru Membawa Keuntungan

Dua tahun berturut-turut, terjadi keterlambatan pemberian beasiswa. Saat itu saya harus segera membayar uang kuliah. Keadaan ini mendesak saya untuk mengikuti lomba mahasiswa berprestasi dan lomba karya tulis. Motivasi saya ikut lomba hanya untuk mendapatkan hadiah uang untuk membayar biaya kuliah. Puji Tuhan saya menjadi juara mahasiswa berprestasi 2 tahun berturut-turut dan mewakili UI dalam lomba karya tulis mahasiswa. Prestasi-prestasi dan penghargaan tersebut membuat saya mendapat poin lebih untuk persyaratan beasiswa.

Justru masa-masa sulit tersebut terjadi pada saat saya aktif melayani sebagai pengerja di Youth (Pemuda Remaja) GBI Kota. Lelah rasanya, Senin-Jumat setiap pagi hari, harus naik kereta ekonomi dari Jakarta ke Depok, setelah itu sore harinya saya harus mengajar les privat, membantu mama membuat kue di rumah, dan pelayanan. Di saat tersebut saya belajar akan pentingnya mengatur waktu secara efektif.

Sekarang saya sadar bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk kita semakin terbatas dan tidak bergerak, tetapi justru supaya kita berusaha lebih keras.  Kalau bukan karena tekanan, saya pasti akan tenang-tenang saja, dan malas untuk berprestasi.

Saya menyadari bahwa ketika saya melakukan bagian saya, belajar tekun, melayani sungguh-sungguh, Tuhan memberkati segala sesuatu yang saya kerjakan. Seperti Yusuf sebelum peristiwa dalam semalam Tuhan mengangkat Yusuf menjadi perdana menteri Mesir, ada ribuan malam Yusuf harus tidur sebagai tahanan di penjara. Janji Tuhan tidak pernah gagal karena Yusuf harus masuk penjara. Ia harus mengalami banyak tekanan, dan menderita akibat hidup sebagai orang benar. Akan tetapi penyertaan Tuhan sangat nyata. Yusuf menjadi kepala sewaktu menjadi budak Potifar, dan menjadi orang kepercayaan yang bisa diandalkan di penjara.

Demikian juga, saya menyadari walaupun saya harus berjualan kue, gagap, tidak mampu membayar kuliah; penyertaan Tuhan sangat nyata. Tekanan dan kesulitan yang saya alami membuat saya lebih kuat dan berani menghadapi tantangan. Sampai hari ini, keluarga dan teman-teman bahkan yang belum percaya Tuhan sekalipun, harus mengakui adanya campur tangan Tuhan Yesus dalam hidup saya.

Marilah kita hidup dalam anugerahNya, percayai setiap Janji FIRMANNYA. Jangan merasa malu dengan kekurangan yang ada, sebab Tuhan tidak merasa malu dengan kita. Hanya ketika kita hidup dalam dosalah, seharusnya kita merasa malu. Mengucap syukurlah untuk setiap keadaan. Sewaktu kita melakukan bagian kita, Do The Best, maka Tuhan akan melakukan bagianNYA. Beranilah melangkah dan keluar dari keterbatasan kita. Kalau Tuhan bisa mengubahkan hidup saya yang dulu gagap, Tuhan yang sama yaitu Yesus Kristus juga sanggup mengubahkan hidup teman-teman!  Remember: Grace under Pressure… (Veli Sungono : velisungono@yahoo.com/Dosen UPH dan Peneliti di bidang HIV/AIDS)

Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.” Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup. (Ibrani 10:38-39)

SUDAH LAHIR BARU BELUM SIH?

Dari mana kita tahu seseorang sudah lahir baru atau belum?Jawaban standarnya, dari buahnya. Terus kita mengutip ayatnya, Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan (Matius 3:8).

Selama ini kita diajar, tanda seseorang sudah lahir baru adalah orang itu harus berubah, atau dalam bahasa rohaninya, menghasilkan buah pertobatan. Misalnya dulu suka mencuri, sekarang jangan mencuri lagi, dulu suka berbohong, sekarang jangan bohong lagi. Dulunya kasar, sekarang sudah tidak kasar lagi. Semua itu benar, tapi kita suka lupa kalau untuk menghasilkan buah itu butuh waktu alias tidak bisa sebentar.

Kelahiran baru itu bukan sulap di mana hidup kita langsung berubah 180°. Kelahiran baru itu seperti sebuah pintu yang akan membuat kita memasuki perubahan lebih lanjut. Dan semuanya butuh proses.

Apa yang Terjadi Saat Lahir Baru?

Sebenarnya yang instan berubah saat kita lahir baru adalah roh kita. Yohanes 3:5-6 menegaskan hal ini. Roh kita diperbaharui, dari yang tadinya mati, dihidupkan kembali. Bisa jadi orang yang lahir baru tidak merasakan apa-apa, tapi yang pasti ada sesuatu yang baru dalam dirinya.

Roh yang sudah dilahirkan kembali ini seperti benih dimana di dalam roh ini ada potensi untuk kita menjadi orang yang baru. Atau ada kuasa supaya kita bisa menghasilkan buah pertobatan.

Tapi sama seperti benih tidak bisa langsung menghasilkan buah, roh juga tidak bisa langsung menghasilkan buah pertobatan. Mengapa? Karena roh ada di dalam tubuh yang sudah jatuh ke dalam dosa. Itu sebabnya, orang yang sudah lahir baru pun bisa berbuat dosa lagi. Itu sebabnya juga kenapa keinginan untuk berbuat dosanya tidak hilang. Sekali lagi, butuh waktu.

Lalu, apa yang perlu kita lakukan supaya roh yang sudah dilahirkan kembali ini bisa menyebabkan perubahan nyata dalam hidup kita?

Ditanam

Seperti benih yang harus ditanam baru bisa berbuah, maka hal pertama yang harus kita pastikan adalah tertanam di tempat yang sehat. Tempat ini bisa berupa komunitas, gereja. Dan pastikan di sana kita bisa mendapatkan suplai Firman Tuhan yang murni.

Dipupuk

Benih yang ditanam harus diberi pupuk. Jadi jangan lupa memberi makan “benih” roh kita dengan Firman Allah. Baca dan renungkan Firman akan selalu membuat “benih” roh itu berkembang dan berbuah.

Dilindungi

Saat “benih” roh itu mulai berbuah, akan ada hama yang menyerang. Dalam dunia nyata, “hama” ini adalah godaan untuk kembali ke kehidupan lama. Godaan bisa dalam bentuk orang-orang, atau gaya hidup. Maka lindungilah “benih” yang baru mulai berbuah dari serangan “hama” ini. Nah di sinilah pemuridan memegang peranan penting.

Satu hal yang harus kita ingat, ketiga proses itu membutuhkan waktu. Tapi jangan pernah menyerah, sebab “benih” itu sudah ada di dalam kita, tinggal kita tanam, pupuk dan lindungi. Selamat “lahir baru”!! (denny pranolo)

REBORN

Pernah baca kisah Saulus yang berubah menjadi Paulus? Zakheus si pemungut cukai yang menerima keselamatan setelah Yesus memanggil namanya? Atau kisah kita sendiri yang  setelah mengalami “perjumpaan pribadi“ dengan Tuhan Yesus lalu cara hidup kita berubah? Kisah-kisah itu sebenarnya adalah tentang “kelahiran kembali”. Manusia lama menjadi manusia baru. Apa artinya lahir baru atau REBORN?

Manusia lama

Setiap kita terlahir ke dunia dengan membawa dosa keturunan, dosa Adam dan Hawa. Waktu itu, Adam dan Hawa memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat, yang konsekuensinya adalah hubungan antara manusia dengan Allah terputus. Ketidaktaatan kepada Tuhan membuat manusia pertama jatuh dalam dosa!

Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. (Roma 3:23)

Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. (Roma 5:12)

Lahir Baru

Artinya menerima keselamatan dan diselamatkan dengan cara menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi.

Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu : Kamu harus dilahirkan kembali. (Yoh 3:7)

Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit  ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. (Kis 4:12)

Dalam bahasa Yunani, kata “Salvation” atau keselamatan terdiri dari dua kata, yaitu kata kerja sozo dan kata benda soteria. Artinya: diselamatkan, disembuhkan, dibebaskan, diampuni, dilindungi, dibuat utuh /made whole dan dipulihkan. Waktu kita menerima Yesus sebagai Tuhan, semua yang Dia punya adalah milik kita, secara gratis! Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (Roma 10:13)

Apa yang harus dilakukan untuk dapat lahir baru ?

  1. Percaya kepada Tuhan Yesus
  2. MenerimaNya dalam hati kita
  3. Bertobat, berbalik dari dosa
  4. Mengikut Tuhan Yesus.

Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati , maka kamu akan diselamatkan. (Roma 10:9)

Ingatlah dan percayalah bahwa Tuhan menciptakan kita untuk hidup dalam persekutuan denganNya. Jadi, kalau ada di antara kita yang belum terima Tuhan Yesus, belum lahir baru, dan mendengar panggilanNYA hari ini, jangan keraskan hati. Tuhan Yesus mengasihi teman-teman!

Berdoalah seperti ini: Tuhan Yesus saya orang berdosa. Ampuni  segala dosa dan pelanggaran saya ya Tuhan. Hari ini saya buka hati percaya kepadaMu. Bahwa Engkaulah Tuhan dan Juruselamat pribadiku. Saya serahkan seluruh hidupku ke dalam tanganMu. Terima kasih Tuhan buat anugerahMu. Di dalam nama Tuhan Yesus saya berdoa. Amin.

Selamat menempuh hidup baru di dalam Tuhan Yesus!! Tinggalkan dosa-dosa dari manusia lama, dan jadilah ciptaanNYA yang baru, yang bisa menerima kasih dan kuasaNYA secara penuh dalam setiap detik hidup kita! God bless you all!! (LOREN SARTIKA-INSIDE)