Judul di atas kalau diterjemahkan berarti: “Sampai maut memisahkan…”, yang juga sebuah janji nikah dari pasangan pria dan wanita ketika hubungan mereka diberkati di gereja. Film-film kartun Disney sering mengangkat tema putri hina-dina, ketemu pangeran kaya raya, menikah, lalu ditutup dengan kalimat: “And they live happily ever after” setelah pesta pernikahan mereka.
Indah banget ya… Hmm.. itu kan cuma dongeng. Kenyataannya, setelah menikah justru sebuah awal dibukanya babak kehidupan yang baru, tidak semudah seperti kalimat itu “bahagia selamanya”. Di dalam pernikahan akan ada kekesalan, kemarahan, kekagetan karena ternyata pasangannya jauh berbeda dibanding waktu pacaran dulu, masalah yang tadinya milik pribadi, jadi milik berdua, masih ditambah masalah dari pasangan, dll. Tapi, apakah dengan begitu, janji yang tadi boleh dilupakan begitu saja? Tentu tidak.
Nah, di bulan kasih sayang ini, INSIDE memilih untuk membahas soal “HUBUNGAN SEUMUR HIDUP” yang akhir-akhir ini semakin kehilangan nilainya. Tidak ada lagi kebahagiaan dalam sebuah pernikahan, menjadi alasan klise untuk mengingkari komitmen hidup bersama sampai maut memisahkan. Bukan kebetulan kalau bulan lalu tema INSIDE adalah NEW YEAR NEW HOPE, karena ini berarti, dalam setiap permasalahan hubungan dengan pasangan, percayalah bahwa selalu ada JALAN KELUAR dan harapan akan selalu ada solusinya!
Banyak sahabat INSIDE yang pernikahannya bahagia. Dan kuncinya adalah: karena mereka telah berhasil melalui ‘fase’-nya dengan baik. Apa sajakah itu?
FASE BERTEMAN
Dalam fase ini, kita bebas berteman dengan siapa saja. Tidak eksklusif hanya berdua. Dengan banyak punya teman, dengan kegiatan yang dilakukan bersama teman-teman lain, kita bisa saling buka mata, dan akan lebih bisa mengerti kualitas dari lawan jenis yang kita sukai. Karena biasanya, ketika sedang beramai-ramai, sikap setiap kita akan lebih natural, tidak kamuflase.
FASE PACARAN
Fase ini adalah awal yang penting untuk nantinya membawa kita masuk dalam sebuah pernikahan yang BAHAGIA atau MENDERITA.
Dalam tahap ini karena hubungan sudah lebih serius dan ekslusif, tidak ada salahnya kalau kita berpikir ke depan. Caranya? Dengan mengingat kata “one way ticket” atau “tiket sekali jalan”! Artinya? Mulailah berpikir, hubungan ini mau dibawa kemana? Pernikahan? Atau hanya main-main? (Baca juga tips di rubrik YOU N ME-“7 ALASAN MENGAPA SEKS PRA-NIKAH DILARANG”).
Mengapa begitu? Karena, dalam fase ini, akan ada begitu banyak godaan. Salah satu yang paling besar adalah godaan seksual. Fase ini gagal kita lalui dengan baik, ketika kita isi dengan terus bermesraan, dan saling merangsang. Biasanya kalau sudah begini, sulit melihat kualitas yang sesungguhnya dari pacar kita. Semua tertutup oleh nafsu. Sebaliknya, fase ini akan berhasil kita lalui, ketika kita isi dengan nasehat dari Kak Jarot Wijanarko yang INSIDE dapat dari Facebook INSPIRASI PACARAN, berikut ini:
Carilah Pasangan SEPADAN
Yang pasti tidak dicari hanya dengan hati, tetapi juga menggunakan OTAK/LOGIKA. Dan salah satu LOGIKA/ PERTIMBANGAN yANg harus dicerna adalah ke-Sepadan-an yg berarti seimbang, meliputi bidang-bidang: ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kerohanian, kemampuan rasio, dan kematangan sikap hidup. Semakin sedikit kesesuaian yang ada, semakin sulit untuk membangun relasi yang kuat dan mantap. Oleh karena itu, sebelum hubungan bergerak terlalu jauh, perhatikanlah masalah kesesuaian ini. Ingatlah, pernikahan hanyalah pengalaman sekali seumur hidup.
Relasi yang kuat terjadi jika ada komunikasi yang intens, yang erat, komunikasi dua arah, berbagai informasi, saran, tanggapan, kesan dan pesan. Komunikasi semacam ini jelas tidak bisa dibangun diantara pasangan jika misalnya yang satu hanya lulus SMA sedang yang lain lulus doktor. Mereka akan baik-baik saja di tahun-tahun pertama pernikahan, namun waktu akan membuat mereka sampai pada tahap kesadaran, bahwa pasangannya kalau bicara ‘nggak nyambung’.
Sepadan bukan hanya berarti seiman, tetapi juga selevel, seimbang, serupa, hampir sama dalam hal tingkat kerohanian. Walaupun satu agama, kalau bisa satu aliran, jika tingkat kerohanian berbeda, juga akan merupakan kendala dalam membangun hubungan, bahkan akan banyak sumber pertengkaran, ketika harus memberikan prioritas waktu, uang dan perhatian. Jika yang satu sangat rohani dan taat membayar perpuluhan dan yang satu tidak, dan hal semacam itu tidak pernah dibicarakan selama pacaran (karena hanya terfokus pada bagaimana bermesraan), maka akan tiba saatnya hal itu akan menjadi sumber pertengkaran.
Bangun persamaan itu selama pacaran. Bahas hal-hal penting dalam hidup ini selama pacaran. Bahas cita-cita, nilai uang, konsep hidup, tujuan hidup, bagaimana nantinya pola keuangan rumah tangga dengan saling bertanya dan bercerita bagaimana orang tua masing-masing mengelola uang mereka dan berikan tanggapan pribadimu mengenai pola semacam itu dan bagaimana cita-citamu. Bangun ‘kesepadanan’ dalam hal kerohanian yang akan menjadi fondasi yang sangat kuat untuk pernikahanmu kelak.
Saya sendiri menikah dengan teman hidup yang sangat banyak perbedaannya, dari segi suku, latar belakang ekonomi, dan budaya keluarga. Namun ada hal yang sangat kuat yang menjadikan kami yakin, dan setelah 23 tahun menikah, kami merasakan bahwa kami sepadan, yaitu sama-sama sarjana lulusan IPB, sehingga kami bisa menjadi teman dalam bertukar pikiran secara baik.
FASE PERNIKAHAN
Pernikahan bukan untuk menjadi sama, tetapi untuk menjadi satu, untuk saling melengkapi. Setelah kita menemukan yang banyak ‘persamaannya’ atau ‘sepadan’ maka setelah pacaran berjalan 2 tahun atau menikah, setahun kemudian, maka kita akan segera menemukan banyak sekali perbedaan.
Untuk ini, jangan bertengkar dan mengambil kesimpulan bahwa ini salah pilih, salah jodoh dan tidak sepadan, dan mencari ganti lagi, tetapi bangunlah ‘kesepadanan’ dan luruskan konsep-konsep pernikahan dengan ‘menikah berarti melengkapi’. Menikah bukan untuk menjadi sama, tetapi menjadi satu. Karena pria dan wanita memang berbeda. Ada sesuatu yang diambil dari laki-laki dan tidak ada di laki-laki, tetapi menjadi ada di perempuan. Menikah menjadi satu kembali untuk melengkapi. Fungsi saling melengkapi akan berjalan dengan baik, jika pasangan tersebut ‘sepadan’ ‘seimbang’ atau ‘selevel’.
Jika rata-rata orang menikah di usia 25-30 tahun dan meninggal pada umur 75-80 tahun, maka menikah adalah hidup bersama selama 50 tahun. Dengan orang yang sama, di rumah yang sama, kamar yang sama. Bersama-sama dalam kegiatan dan kehidupan.
Berapa Lama Anda Bertahan?
Memasuki tahun yang baru, dalam fase ini, kita bisa berefleksi dengan menghitung: SUDAH BERAPA LAMA hidup bersama pasanganku aku jalani? Apakah bahagia? Atau sengsara? Setelah itu tanyakanlah: MASIH BERAPA TAHUN LAGI hidup bersamanya? Apakah aku sanggup? Kemungkinan ada di antara kita yang menerawang ke depan sambil mengambil nafas dalam-dalam dan ragu. Atau ada yang berdoa memohon kekuatan? Atau tersenyum lebar dan berkata dalam hati, “Aku mau hidup 1000 tahun lagi!”
Waktu memang terus berlalu. Masih terbentang tahun-tahun ke depan. Ini saatnya untuk merenung dan bertanya kepada diri sendiri: “Apa sih yang penting dalam HIDUP BERSAMA? Apakah itu uang? Seks? Mendapatkan apa yang kita minta? MINTA dihargai, MINTA diperhatikan, MINTA dimengerti dan terus meMINTA-MINTA dan menderita? Menuntut pasangan untuk bisa berubah sesuai yang kita inginkan? (Untuk pertanyaan paling belakang, bertanyalah kepada mereka yang sudah menikah selama 40 tahun, apakah pasangan yang mereka inginkan untuk berubah, bisa/sudah berubah?)
Atau kita memilih untuk di tahun yang baru ini, punya pengharapan baru dan CARA HIDUP YG BARU atau DIPERBAHARUI lagi. Dengan komitmen untuk MEMBERI perhatian, penerimaan dan pengertian. MEMBERI dan BAHAGIA. Seks perlu tetapi bukan yang utama seperti relasi/nilai sebuah hubungan dengan pasangan, mencintai, menerima. Uang sangat penting tetapi tidak seperti KASIH SAYANG.
Pilihlah keputusan yang tepat di tahun yang baru!
Bagi setiap pasangan yang mengalami masalah dan merasa pernikahannya di ujung tanduk, atau bagi yang sedang berencana menikah, tetapi kemudian meragukan pasangannya, apakah benar dari Tuhan, apakah bisa menjadi partner seumur hidup, hubungi INSIDE melalui email (buletininside@gmail.com) untuk INSIDE rekomendasikan mengikuti LIFE COACHING (rahasia dijamin aman).
Recent Comments