Jalanan macet, bikin stres. Pekerjaan kantor menumpuk, bikin stres. Rutinitas yang itu-itu saja, bikin stres. Orangtua, anak-anak, murid-murid, guru, atasan, dll, semuanya bisa bikin stres. Dan anehnya, akhir-akhir ini tingkat stress semakin tinggi. Mengapa?
INSIDE masih ingat kasus bunuh diri seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi di daerah Banten. Yang satu minggu kemudian disusul dengan seorang mahasiswa dari perguruan tinggi yang sama mengakhiri hidupnya juga dengan bunuh diri, meloncat dari ketinggian di salah satu mall di Jakarta. Beberapa tahun lalu, seorang teman menceritakan kakak dari temannya bunuh diri karena stress dengan kehidupan yang dia jalani. Setelah ini bisa saja masih akan ada kasus serupa. Stress! Salah satu penyebab mengapa manusia mengakhiri hidupnya…
Sebenarnya, apa sih arti dari STRESS?
Stres adalah istilah dari ilmu kedokteran yang secara harafiah diartikan sebagai tekanan atau ketegangan yang memiliki kecenderungan mengganggu tubuh. Dari sudut pandang psikologi, stres dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang mengganggu kita untuk beradaptasi atau mengatasi suatu masalah.
Kenapa Bisa Stres?
Stres bisa datang dari lingkungan, tubuh atau pikiran kita sendiri. Stres dari lingkungan mungkin disebabkan karena kebisingan, polusi, keramaian, situasi kacau, dan segala macam ancaman lain. Stres dari tubuh disebabkan oleh kondisi sakit, luka, ketegangan tubuh, atau penyakit-penyakit metabolik tertentu. Dan ini yang cukup membahayakan, yaitu ketika stress diakibatkan oleh pikiran kita sendiri! Pada edisi kali ini, INSIDE ingin membahas penyebab stress yang ketiga, PIKIRAN.
Di tengah rutinitas yang semakin padat dengan berbagai kegiatan setiap individu, waktu terasa sangat cepat berlalu. Sepertinya baru saja memasuki tahun baru 2013, tiba-tiba sekarang sudah ada di pertengahan tahun. Sepertinya baru saja membuka mata untuk memulai aktivitas, tiba-tiba sudah tiba jam makan siang, lalu sore-jam pulang kantor, dan kita sudah harus menerobos kemacetan jalanan, khususnya buat orang-orang yang tinggal di daerah padat penduduk seperti Jakarta, hanya untuk beristirahat di rumah yang sudah tersisa beberapa jam saja. Tetapi sesampainya di rumah, bukan lelah yang dilepaskan, melainkan keletihan pikiran dan fisik yang masih “dibombardir” dengan tuntutan rumah tangga. Suasana “home sweet home” terasa mulai asing. Rumah yang seharusnya menjadi pelabuhan terakhir untuk mencurahkan semua kepenatan hari itu, tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Hidup terasa melelahkan, dan tiba-tiba saja kita merasa “overwhelmed”, kewalahan! Lalu pikiran untuk mengakhiri hidup pun muncul. “Lebih baik pergi dari dunia ini….” adalah pikiran yang sewaktu-waktu sangat bisa muncul tanpa kita undang.
Kekurangan Waktu
Di tengah kemajuan teknologi, kita diperkenalkan dengan “smartphone”. Dengan media ini kita akan terhubung 24 jam dengan siapa saja, dimana saja, dan itu tadi, kapan saja. Pada saat pekerjaan sedang menumpuk, konsentrasi kita masih harus terbagi untuk sekedar memeriksa pesan yang masuk ke “smartphone” tadi berupa BBM, atau aplikasi-aplikasi chating lain. Lama kelamaan, kita pun terbiasa untuk “melayani” setiap pesan yang masuk. Belum lagi pesannya terlihat/terdengar penting, dan mendesak. Padahal kita sedang bekerja dan tidak di tengah waktu yang luang. Pikiran kita dipaksa untuk menjalani begitu banyak hal, baik yang nyata, maupun maya (berita-berita dari si smartphone). Tanpa sadar kita lelah, karena pikiran terus menerus bekerja. Fisik juga terpengaruh, letih rasanya, padahal tidak melakukan pekerjaan berat. Belum lagi ketika malam seharusnya tidur, rupanya pikiran masih terus “ON”. Seperti didesak untuk terus berputar memikirkan masalah A, B, C, D, dst.
Kegiatan yang begitu padat, membuat kita seperti kehabisan waktu. Tidak ada waktu untuk berolahraga. Tidak ada waktu untuk makan secara teratur. Bahkan waktu untuk beristirahat pun nyaris tidak ada. Bersosialisasi dengan keluarga atau sahabat, mulai jarang kita lakukan. Dan tiba-tiba kita terperangkap dalam rasa kesepian. Kita merasa sendirian. Lalu stres pun muncul tanpa kita undang.
Ingin Bebas dari Stres?
Beberapa orang mendapat manfaat dari metode relaksasi, yang lainnya dari olahraga, beberapa yang lain merasa lebih baik dengan melakukan meditasi dan menerapkan teknik fokus mental, atau dengan belajar bagaimana mengidentifikasi dan mengubah pikiran dan keyakinan yang memicu stres. Tapi pertanyaannya adalah: apakah kegiatan-kegiatan itu memberikan JAMINAN bahwa yang menjalaninya pasti hidup bebas dari stres?
Kita mengerti bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini sifatnya hanya sementara. Termasuk manfaat dari metode-metode yang disebutkan di atas untuk mengatasi stress. Mengurangi mungkin iya, tapi untuk membebaskan seseorang dari stres, tidak mungkin bisa. Mengapa? Karena stres muncul tanpa kita undang, sewaktu-waktu, dan bisa disebabkan/dipicu oleh segala sesuatu. Metode-metode yang dipelajari dan punya manfaat mengurangi stres membutuhkan waktu khusus untuk kita luangkan. Sementara dengan kegiatan yang begitu banyak, dimana ini juga menyebabkan stres, kita justru kekurangan waktu!
Jadi bagaimana?
Cari Sumbernya!
Metode-metode di atas bukan tanpa penelitian. Semua sudah dianalisa dengan baik, dan diharapkan memberikan hasil yang terbaik. Kita juga diajar untuk bisa semampu kita mengenali apa yang dapat menyebabkan stres dalam hidup kita, lalu menentukan cara apa yang paling efektif bagi kita sendiri untuk mengatasi stres tersebut. Entahkah itu dari olahraga, meditasi, mengendalikan pikiran, dlsb. Tapi memang tidak ada jaminannya.
Nah, jika dunia tidak bisa memberikan jaminan, kita harus sadar bahwa masih ada TUHAN! Dia yang menciptakan segala sesuatu dari awal. Sang Pencipta yang membuat semuanya ada, mulai dari yang belum berbentuk dan kosong, sampai ada langit, bumi, dan segala isinya. Jadi siapa lagi yang bisa kita andalkan selain Tuhan? Tidak ada.
Dia berjanji dalam Matius 11:28, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
JanjiNya berlaku bukan untuk waktu tertentu. Di ayat tersebut tidak disebutkan, kapan kita boleh datang kepadaNya, apakah siang, sore, malam, subuh, dsb. Tidak. Kita bisa datang kepadaNya 24 jam, 7 hari seminggu, setiap detik. Setiap saat ketika tiba-tiba kita dicekam oleh rasa stres. Ketika tiba-tiba kita merasa kewalahan dengan rutinitas yang kita jalani. Ketika tiba-tiba kita membutuhkan kelegaan di tengah himpitan masalah. Tuhan hadir kapanpun, dimanapun kita berada, tanpa dibatasi waktu atau ruang. Pada saat mengendarai mobil di tengah jalan, kita bisa terhubung kepadaNya, mencurahkan isi hati kita betapa melelahkannya hidup ini. Dan DIA pun memberikan kelegaan tanpa Dia tunda-tunda. Tanpa waktu khusus, tanpa jam-jam “sakral”, dan tidak terbatas harus berapa menit, berapa jam baru kelegaan itu datang. Melainkan saat itu juga. Ketika kita membutuhkan, saat itu juga Tuhan memberikan kelegaan.
Mengapa? Sebab Dia mengasihi kita. Dia mengerti kesusahan kita. Dia peduli dengan apa yang kita hadapi. Seperti seorang ayah yang mencintai anaknya, tidak mungkin dia menunda-nunda ketika anaknya membutuhkan pertolongan. Tapi seandainya pun kasih orangtua terbatas, kasih Tuhan tidak pernah ada batasnya.
Stres akan selalu datang tanpa diundang. Rutinitas yang kita jalani tidak bisa begitu saja dengan mudah kita hilangkan. Hal-hal buruk, tidak bisa kita tolak ketika memang harus menimpa hidup kita. Tapi ingat, stres tidak akan bisa menguasai dan mengalahkan kita, ketika kita sadar bahwa masih ada Tuhan.
Berhentilah sejenak dari semua kebisingan hidup. Cari tempat untuk sendiri. Luangkan waktu mencurahkan isi hati kepada Tuhan. Datang kepadaNYA, dan DIA akan memberi kelegaan kepada kita. Kelegaan yang sempurna, yang Dia berikan, kapanpun, dimanapun, saat kita membutuhkannya. Sebab DIA Bapa yang baik.
Selamat menjalani kehidupan yang bebas dari stress bersama Tuhan.
Recent Comments