Archive for January, 2014

Muak dengan Kekristenan?

JULI 2013Sobat INSIDE, mungkin ada di antara Anda yang merasa seperti apa yang saya rasakan dulu. Perasaan kesal, putus asa, marah, melihat keadaan orang Kristen yang sepertinya tidak ada bedanya dengan dunia. Mungkin ada di antara Anda yang sudah muak dengan kekristenan karena melihat teladan orang-orang yang menyebut diri mereka Kristen tapi hidup mereka kurang mencerminkan kekristenan mereka.

Beberapa tahun yang lalu saya mengalami perasaan “eneg” dengan kekristenan. Padahal sejak kecil sampai dewasa saya dibesarkan dalam lingkungan Kristen. Dibesarkan di keluarga Kristen, rajin ke gereja, diajar untuk cinta Tuhan, belajar di sekolah Kristen dari SD-kuliah, bahkan setelah lulus pun saya bekerja di lingkungan yang kental dengan nuansa Kristen. Mengajar di sebuah sekolah Katolik, menjadi penerjemah di sebuah lembaga kemanusiaan Kristen, menjadi kontributor di majalah dan buletin Kristen, dan terakhir, menjadi editor di sebuah penerbitan Kristen. Tapi biarpun hampir setengah umur saya habiskan dalam lingkungan yang kental dengan nuansa Kristen, tetap saja saya merasa muak dengan kekristenan. Why? Karena selama bertahun-tahun hidup dalam lingkungan Kristen, saya melihat kemunafikan. Saya melihat orang-orang Kristen yang bukannya melawan arus dunia, tapi malah hidup sesuai arus dunia.

Apa yang saya lihat, kekristenan tidak ada bedanya dengan dunia. Yang membedakan hanyalah labelnya saja. Orang Kristen melabeli diri mereka “Kristen” dan menyebut orang di luar Kristen, “dunia”, tapi tindakannya sama saja. And it really sickens me. Saking muaknya saya bahkan terpikir untuk menjadi orang Kristen KTP saja. Saya sampai berpikir percuma habis-habisan ikut Tuhan kalau keadaannya seperti ini.

Di tengah-tengah keputusasaan itulah saya mendengar Tuhan berkata kepada saya, “Apa kamu lebih baik daripada mereka yang kamu anggap munafik dan jelek itu?” One simple question tapi itu mengubah. Saya disadarkan, siapa saya sehingga berani mengganggap diri saya lebih baik dari saudara-saudara seiman? Saya pun tidak lebih baik dari mereka. Mungkin saya juga sama bahkan lebih parah dari mereka.

Kemudian Tuhan mengingatkan lagi sebuah pengajaran sederhana yang diajarkan pada saya 15-17 tahun lalu. “Kekristenan adalah masalah gaya hidup. Gaya hidup yang lahir dari hubungan dengan Tuhan.” Pada saat itulah saya disadarkan bahwa fokus saya salah. Saya terlalu memperhatikan manusia, sampai lupa bahwa ada yang lebih penting daripada sekadar mengkritik kelemahan orang Kristen lain. Ada yang lebih penting daripada marah dan muak dengan kekristenan. Ada yang lebih penting daripada merasa paling benar di antara semua orang Kristen lain. Dan itu adalah hubungan saya dengan Tuhan.

Kekristenan adalah soal hubungan dengan Tuhan. Bukan soal mengkritik ajaran orang lain, atau mengikuti trend khotbah, atau belajar banyak doktrin. Bahkan kekristenan bukan soal menilai apakah sesama kita hidupnya sudah benar atau belum. Kekristenan adalah soal hubungan dengan Tuhan. Kekristenan adalah antara kita dan Dia.

Sobat INSIDE jangan biarkan perasaan muak, kesal, marah itu menguasai kita dan mengalihkan fokus kita dari membangun hubungan dengan Tuhan. No. Jangan menghakimi orang lain hanya karena mereka tidak hidup sesuai dengan nilai-nilai kekristenan yang kita anut. No. Kita bukan Tuhan. Kita tidak berhak menilai saudara seiman kita. Biarkan Tuhan yang menilai mereka. Bahkan, berhati-hatilah saat kita “berbaik hati” mendoakan saudara-saudara kita yang kita anggap “munafik” karena itu sama saja dengan mengganggap kita lebih baik dari mereka, padahal belum tentu.

Fokuslah dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Itu bagian kita. Bangun hubungan kita dengan Dia sedalam mungkin, sehingga kita peka pada pimpinan-Nya dan hiduplah sesuai dengan arahan-Nya bagi kita. (Denny Pranolo-INSIDE)

GOOD MAN, HARD TO FIND?

JULI 2013Sahabat INSIDE, susahkah menemukan orang baik di jaman sekarang ini? Yang bisa menjawabnya adalah kita sendiri. Dan kita jugalah yang bisa MENJADI JAWABAN atas pertanyaan ini.   

Tuhan berfirman bahwa di akhir zaman ini, kasih KEBANYAKAN ORANG semakin dingin, orang lebih mementingkan dirinya sendiri. Firman Tuhan ini adalah peringatan, supaya kita tidak menjadi sama dengan KEBANYAKAN ORANG. Sebaliknya, kitalah yang menjadi The Good Man!

SEGAMBAR DAN SERUPA DENGAN ALLAH

Sebenarnya, setiap manusia dilahirkan sebagai orang baik, karena diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, akan tetapi kondisi/keadaan atau pilihan hidup atau kehendak bebas yang dianugrahkan Tuhanlah, maka manusia bebas memilih, entahkah melakukan hal baik, maupun yang tidak baik.  

TRUE STORY OF A GOOD MAN

Minggu lalu saya mengantar mama untuk membeli peralatan elektronik. Karena belum tahu jelas lokasinya, saat memasuki jalan yang dituju, kami mulai mencari-cari nomor toko yang memang akan kami datangi. Dan setelah menemukan toko tersebut, saya mencari tempat parkir. Tetapi karena mata saya lalu tertuju kepada seukuran ruang yang cukup luas untuk mobil saya, maka dengan cepat dan bersemangat saya langsung maju dan… bruk! Saya tidak melihat bahwa ternyata roda mobil bagian depan “nyangkut” di selokan.

Dalam kondisi masih kaget, belum sadar dan terpikir bagaimana harus mencari pertolongan, tiba-tiba muncul seorang “bapak” , bertubuh kekar, dengan wajah “sangar” mendekati dan berkata: “Bannya kejeblos Neng!” Kemudian sebelum sempat minta tolong, si bapak udah menyuruh saya kembali masuk ke mobil dan mengikuti aba-abanya sampai akhirnya ban dalam posisi “aman”, sudah keluar dari selokan. Pikir saya, sebagai ucapan terima kasih, saya memberinya sejumlah uang. Tapi ternyata dia menolak. “Wah orangnya baik ya!” kata mama saya.

Satu lagi.

Saya pernah mendatangi sebuah lokasi yang sangat padat, sehingga sulit untuk parkir dalam ruang yang cukup lega. Saat itu saya harus memenuhi janji wawancara kerja. Ketika akan pulang, benar saja, saya “kesulitan” mengeluarkan mobil karena jarak yang sangat dekat dengan mobil depan dan mobil belakang. Saya mulai kebingungan, karena tidak ada petugas parkir. Tiba-tiba saya melihat seorang bapak berjalan keluar dari kantor dimana saya diwawancara. Dan ternyata dia sengaja datang untuk menolong saya supaya bisa keluar. Saya tidak mengenal siapa dia, sampai akhirnya saya diterima bekerja di kantor tersebut. Dia adalah salah satu manager, dan memang terkenal di kantor sebagai ORANG BAIK, suka menolong orang lain bahkan yang tidak dia kenal. Salah satunya: saya!

SIAPAKAH ORANG BAIK?

Kitab Lukas 10:25-37 menceritakan perumpamaan Good Samaritan (orang Samaria yang baik hati). Ceritanya seperti ini…

Ada seorang pria dari Yerusalem yang ingin pulang ke kampung halamannya di Yerikho. Dia membawa uang hasil kerja kerasnya untuk diberikan kepada keluarga dan kerabat dekatnya. Di tengah jalan, dia dirampok habis-habisan, dipukuli sampai babak belur, dan dibiarkan saja tergeletak di tepi, setengah mati. Dalam kondisi seperti itu, tentu saja dia sangat berharap ada yang mau menolong. Tapi kenyataannya? Lewatlah seorang imam, yang mungkin cukup terkenal karena sering memberikan ceramah untuk selalu berbuat baik kepada orang lain. Ah! Ternyata dia hanya melewati saja tubuh di pria yang sudah sangat lemah tadi.

Setelah itu lewatlah Pelayan/Hamba Tuhan, seorang Lewi. Apakah si pria akan ditolongnya? Ternyata tidak. Dia hanya melihat, lalu pergi melanjutkan perjalanannya. Setelah itu, lewatlah “orang Samaria”, yang hanyalah seorang “biasa”, yang justru dikiranya tidak akan menolong. Tapi apa yang terjadi? Orang Samaria tadi melihat si pria, lalu timbul belas kasihannya dan ini yang dilakukannya: Dia menghampiri si pria yang sudah sangat lemat tadi, membersihkan luka-lukanya, lalu tanpa menunda waktu, membawa si pria ke Rumah Sakit terdekat untuk segera ditangani. Tidak hanya itu, dia juga memberikan sejumlah uang untuk perawatan si pria, sampai sembuh.

Sebuah perumpamaan yang menyadarkan kita bahwa kebaikan tidak ada hubungannya dengan jabatan/posisi seseorang. Ini juga berarti bahwa kita diminta Tuhan untuk melakukan kebaikan, apapun posisi/jabatan kita di dunia ini.

Pertanyaannya: Adakah kita peduli akan orang lain? Apakah kita mau tahu kesusahan orang lain?

Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. (Amsal  3:27)

Ciri-Ciri – GOOD MAN

Orang Baik, berarti orang yang berkarakter baik, bermoral/bermental baik, melakukan hal yang baik, dan memperlakukan orang lain dengan baik.

Satu kali saya mendengar pembicaraan seorang “hairstylist” dengan langganannya. Begini…

Langganan : Pak, si A sekarang tambah maju lho?
Penata Rambut : Oh, dia memang dari dulu orangnya baik.
Langganan : Iya, sudah kaya pun tidak sombong ya!

Ini namanya “karakter” baik. Tidak peduli dalam kondisi apapun, kaya atau miskin, punya jabatan atau tidak, kebaikan orang itu tetap SAMA!

 “Demikian hendaklah terangmu bercahaya di depan orang,supaya mereka melihat PERBUATANMU YANG BAIK dan memuliakan Bapamu yang di surga”. (Matius 5:17) 

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. (Matius 7:12)

Suatu ketika saya menyaksikan Video Pernikahan, dimana si Pengantin Wanita mengatakan kepada Pengantin Pria: “I know that You are A Good Man from how you treat your grandma, your parent, your friends, and others”.

Mari bertanya kepada diri sendiri: “Bagaimana aku memperlakukan orang lain? Apakah sudah baik?” Berlakulah baik kepada diri sendiri dan orang lain. Mulailah dari orang terdekat! Dan jangan jemu-jemu. Kita berbuat baik, bukan untuk mengharapkan balasan, tetapi memang karena kita orang baik. Kebaikan kita diukur ketika kita sudah melakukan yang baik untuk orang lain TANPA PAMRIH alias TULUS! 

Gemakan Kebaikan

Pasti sahabat INSIDE juga pernah/sering mengalami kebaikan dari orang lain. Bahkan di beberapa acara TV, ada banyak orang baik yang rela berbagi harta, ilmu, tenaga, nyawa atau hidup  mereka untuk orang lain yang bahkan tidak punya hubungan kerabat. Hanya saja GONG/Gema Kebaikan itu tidak terlalu “keras” berbunyi atau dipublikasikan. Sebaliknya, berita-berita yang berisi kriminalitaslah yang dijadikan “headline”. Tapi percayalah, banyak orang baik di dunia ini. Dan sahabat INSIDE pasti termasuk di dalamnya. Itu sebabnya GEMAKANLAH KEBAIKAN!

Jadi, marilah kita menjadi JAWABAN atas pertanyaan di atas. And be the Good Man! Lakukanlah yang baik.Tabur Kebaikan. Perlakukan orang lain dengan baik. Good man, hard to fine? No! (Lovina Linawati Santoso – INSIDE)

Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! (Filipi 4:5)

4 Tipe Orang Hebat yang Harus Kita Punyai

JUNI 2013Tipe 1: Mereka yang membuatmu sehat secara emosional

Ada dua tipe orang hebat di dunia. Tipe yang pertama, akan membuat kita kagum kepadanya setelah kita berbicara dengannya. Tipe kedua, akan membuat kita kagum kepada diri sendiri setelah kita berbincang-bincang dengannya. Bahkan kita akan merasa lebih hebat daripada orang tersebut. Milikilah teman seperti orang hebat tipe kedua! Bergaullah dengan orang yang membuat kita merasa penting, dihormati, dan berharga.

Satu dari mentor-mentor saya punya cara luar biasa untuk membuat saya merasa penting. Dia seorang miliarder, tapi memperlakukan saya seolah saya lebih penting dari dirinya. Hal kecil yang dilakukannya ini membuat saya percaya bahwa saya orang yang istimewa. Dari caranya mendengarkan saya, menghormati pendapat saya. Dia tidak menertawakan pertanyaan-pertanyaan konyol yang saya lontarkan kapadanya. Contohnya, selesai rapat di kantornya, dia akan menemani saya ke mobil dan tidak beranjak sampai saya pergi. Hal-hal kecil yang menyampaikan pesan bahwa saya orang hebat. Carilah orang-orang yang seperti itu.

Tipe 2: Mereka yang membuatmu sehat secara rohani

Adalah sangat penting untuk memiliki kerohanian yang sehat. Untuk itu milikilah pemimpin rohani yang “memberi makan” dengan kasih Allah. Yang tidak tinggi hati.

Ketika seorang pemimpin rohani yakin bahwa dia lebih baik, lebih suci, dan lebih benar dari setiap orang lain di gereja, berhati-hatilah. Seorang pemimpin rohani yang baik seharusnya mengerti kesalahannya, dan mengakuinya di depan orang lain. Carilah seorang yang membuatmu sehat secara rohani.

Tipe 3: Mereka yang membuatmu sehat secara intelektual

Apakah kamu punya mimpi? Siapa saja yang sudah menggenapi mimpimu? Bergaullah dengan mereka. Selami pikiran mereka. Dengarkan mereka. Baca buku-buku mereka. Hadiri seminar-seminar mereka.

Ada dua tipe pengajar. Yang pertama, hanya punya banyak buku pengetahuan. Tipe kedua memiliki pengetahuan yang didapat dari pengalaman. Tipe kedua ini akan mengajar dari pengalaman mereka. Carilah tipe yang kedua.

Saya punya mentor-mentor yang memiliki pernikahan yang luar biasa, sekaligus menjadi orangtua yang hebat. Saya punya mentor rohani yang hidup dalam kasih secara nyata dan kekudusan, yang menginspirasi saya untuk melakukan hal yang sama. Saya punya mentor keuangan yang adalah jutawan dan milioner.

Jika kamu ingin penghasilan yang lebih, bergaullah dengan orang-orang yang mencari uang, menabung, berinvestasi dan memberi lebih daripada yang engkau lakukan. Belajarlah dari mereka.

Tipe 4: Luangkanlah waktumu bersama Tuhan.

Tuhan Yesus berkomitmen untuk punya waktu doa setiap hari.

Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. (Markus 1:35)

(Diterjemahkan dan diedit oleh INSIDE dari http://www.bosanchez.ph)

MELATIH PIKIRAN

JUNI 2013Menurut penelitian, masyarakat modern cenderung rentan terhadap yang namanya stres. Banyak orang bisa stres karena berbagai hal yang kadang tidak masuk akal.Bicara soal stres, mungkin saya termasuk orang yang mudah stres. Bahkan saya bisa stres karena hal sepele, misal harus menyampaikan titipan pesan pada bos. Saya bisa stres karena hal itu saja. Padahal apa susahnya tinggal ngomong. Padahal bos saya baik. Tapi saya stres untuk melakukan hal sesederhana itu. Saya takut bila pesannya tidak sampai dengan benar. Saya takut bila bos saya salah menangkap apa yang disampaikan. Dan banyak ketakutan lain yang membuat saya stres.

Apa yang saya alami sebenarnya juga dialami oleh banyak orang lain, hanya dalam bentuk yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Tapi kita semua sama-sama mengalaminya. Kita semua mengalami stres. Kita mengalami stres di pekerjaan, di rumah, di gereja, di mana saja. Ada apa dengan kita sebenarnya? Well, untuk penyebab stres secara detail akan dibahas di bagian lain. Tapi apa yang ingin saya bahas di sini adalah bagaimana cara menangani stres menurut Firman Allah.

Sekali lagi menurut penelitian, akar masalah kenapa kita bisa stres adalah apa yang kita pikirkan dalam pikiran kita. Kita memikirkan atau membayangkan sesuatu yang malah memberi tekanan kepada diri kita. Kita memikirkan sesuatu yang malah membuat kita khawatir, cemas, galau. Dan itulah yang membuat kita stres. Kita dipermainkan oleh pikiran kita sendiri. Padahal apa yang kita pikirkan atau bayangkan itu belum tentu benar. So, kalau masalahnya dengan pikiran, yang harus diperbaiki adalah pikiran kita, bukan yang lain. Bukan lingkungan kita, bukan rekan kita, bukan suami atau istri kita, bukan anak-anak kita, bukan atasan kita. Tapi pikiran kita. Kitalah sumbermasalahnya. Kitalah yang menyebabkan diri kita sendiri stres.

Jadi bagaimana kita memperbaiki diri kita ini? Kita harus mengalami yang namanya terobosan dalam pikiran, atau bahasa kerennya, breakthrough thinking, atau dalam bahasa Alkitabnya berubah oleh pembaharuan budi. Well, apapun istilah yang kita pakai, intinya tetap sama, yaitu kita harus melakukan sesuatu dengan pikiran kita.

Apa yang harus kita lakukan dengan pikiran kita kalau begitu? Ya berpikir. Apa lagi yang bisa kita lakukan dengan pikiran kita kalau bukan berpikir? Nah pertanyaannya, apa yang harus kita pikirkan? “Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji” (Filipi 4:8). Ya, mungkin kita sudah sangat familiar dengan ayat ini. Tapi seberapa sering kita melakukannya? Seberapa sering kita memikirkan hal-hal yang positif daripada hal-hal negatif?

Kata-kata terakhir dari Filipi 4:8 adalah, “pikirkanlah semuanya itu.” Artinya kita harus dengan sengaja memikirkannya. Hal itu tidak terjadi dengan sendirinya, begitu saja, karena kalau dibiarkan pikiran kita cenderung lebih mudah memikirkan hal-hal negatif daripada hal-hal positif. That’s why, kita harus dengan sengaja memikirkan hal-hal yang disebutkan di atas.

Merenungkan Firman

Berkaitan dengan memikirkan hal-hal yang “benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan dan patut dipuji” ada satu kebiasaan baik yang bisa kita lakukan yaitu merenungkan Firman. Bicara soal merenungkan Firman, kebanyakan kita masih bingung dengan istilah ini, karena seringkali yang ditekankan di banyak gereja adalah membaca Firman. Tidak heran ada banyak program baca Alkitab setahun. Karena yang ditekankan hanya membaca Firman. Padahal dalam Alkitab yang ditekankan bukan sekadar membaca tapi merenungkan. Bahkan merenungkan Firman itu harus menjadi kesukaan kita.

Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. (Mazmur 1:2)

Apa itu merenungkan Firman? Pengertian yang paling sederhana dari merenungkan Firman adalah memikirkan Firman. Apa maksudnya memikirkan Firman? Sama seperti kita memikirkan hal-hal lain dalam hidup kita. Betapa seringnya kita memperlakukan Firman sama seperti buku biasa, kita baca begitu saja, dan kita lupa apa yang baru kita baca. Tapi berapa sering kita berhenti membaca dan berpikir, apa yang baru saja kita baca. Apa yang dimaksud dengan ayat atau kisah yang baru kita baca. Apa yang dimaksud dengan kata-kata tertentu di sana. Kenapa tokoh di dalam kisah yang kita baca melakukan tindakan tersebut. Apa yang bisa kita pelajari dari bacaan Alkitab kita? Itulah yang disebut merenungkan Firman. Memikirkan Firman. Kita menggunakan pikiran kita saat membaca Firman. Kita tidak sekadar membaca saja, tapi memikirkan, membayangkan Firman yang kita baca. Dan karena Firman yang kita renungkan ini berkuasa, Firman ini akan mengubah pikiran kita. Dan waktu pikiran kita berubah, hidup kita pun berubah.

Merenungkan Firman adalah salah satu cara terbaik untuk kita melatih pikiran kita. Memang ada banyak hal yang “benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan dan patut dipuji” yang bisa kita pikirkan. Tapi apa yang lebih “benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan dan patut dipuji” daripada Firman Tuhan? Di dalam Firman Tuhan kita dapat paket lengkap dari semua yang “benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan dan patut dipuji”. So kenapa tidak mulai merenungkan Firman kalau begitu? (denny pranolo-INSIDE)

BEBAS DARI STRES. CARANYA?

JUNI 2013Jalanan macet, bikin stres. Pekerjaan kantor menumpuk, bikin stres. Rutinitas yang itu-itu saja, bikin stres. Orangtua, anak-anak, murid-murid, guru, atasan, dll, semuanya bisa bikin stres. Dan anehnya, akhir-akhir ini tingkat stress semakin tinggi. Mengapa?

INSIDE masih ingat kasus bunuh diri seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi di daerah Banten. Yang satu minggu kemudian disusul dengan seorang mahasiswa dari perguruan tinggi yang sama mengakhiri hidupnya juga dengan bunuh diri, meloncat dari ketinggian di salah satu mall di Jakarta. Beberapa tahun lalu, seorang teman menceritakan kakak dari temannya bunuh diri karena stress dengan kehidupan yang dia jalani. Setelah ini bisa saja masih akan ada kasus serupa. Stress! Salah satu penyebab mengapa manusia mengakhiri hidupnya…

Sebenarnya, apa sih arti dari STRESS?
Stres adalah istilah dari ilmu kedokteran yang secara harafiah diartikan sebagai tekanan atau ketegangan yang memiliki kecenderungan mengganggu tubuh. Dari sudut pandang psikologi, stres dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang mengganggu kita untuk beradaptasi atau mengatasi suatu masalah.

Kenapa Bisa Stres?
Stres bisa datang dari lingkungan, tubuh atau pikiran kita sendiri. Stres dari lingkungan mungkin disebabkan karena kebisingan, polusi, keramaian, situasi kacau, dan segala macam ancaman lain. Stres dari tubuh disebabkan oleh kondisi sakit, luka, ketegangan tubuh, atau penyakit-penyakit metabolik tertentu. Dan ini yang cukup membahayakan, yaitu ketika stress diakibatkan oleh pikiran kita sendiri! Pada edisi kali ini, INSIDE ingin membahas penyebab stress yang ketiga, PIKIRAN.

Di tengah rutinitas yang semakin padat dengan berbagai kegiatan setiap individu, waktu terasa sangat cepat berlalu. Sepertinya baru saja memasuki tahun baru 2013, tiba-tiba sekarang sudah ada di pertengahan tahun. Sepertinya baru saja membuka mata untuk memulai aktivitas, tiba-tiba sudah tiba jam makan siang, lalu sore-jam pulang kantor, dan kita sudah harus menerobos kemacetan jalanan, khususnya buat orang-orang yang tinggal di daerah padat penduduk seperti Jakarta, hanya untuk beristirahat di rumah yang sudah tersisa beberapa jam saja. Tetapi sesampainya di rumah, bukan lelah yang dilepaskan, melainkan keletihan pikiran dan fisik yang masih “dibombardir” dengan tuntutan rumah tangga. Suasana “home sweet home” terasa mulai asing. Rumah yang seharusnya menjadi pelabuhan terakhir untuk mencurahkan semua kepenatan hari itu, tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Hidup terasa melelahkan, dan tiba-tiba saja kita merasa “overwhelmed”, kewalahan! Lalu pikiran untuk mengakhiri hidup pun muncul. “Lebih baik pergi dari dunia ini….” adalah pikiran yang sewaktu-waktu sangat bisa muncul tanpa kita undang.

Kekurangan Waktu
Di tengah kemajuan teknologi, kita diperkenalkan dengan “smartphone”. Dengan media ini kita akan terhubung 24 jam dengan siapa saja, dimana saja, dan itu tadi, kapan saja. Pada saat pekerjaan sedang menumpuk, konsentrasi kita masih harus terbagi untuk sekedar memeriksa pesan yang masuk ke “smartphone” tadi berupa BBM, atau aplikasi-aplikasi chating lain. Lama kelamaan, kita pun terbiasa untuk “melayani” setiap pesan yang masuk. Belum lagi pesannya terlihat/terdengar penting, dan mendesak. Padahal kita sedang bekerja dan tidak di tengah waktu yang luang. Pikiran kita dipaksa untuk menjalani begitu banyak hal, baik yang nyata, maupun maya (berita-berita dari si smartphone). Tanpa sadar kita lelah, karena pikiran terus menerus bekerja. Fisik juga terpengaruh, letih rasanya, padahal tidak melakukan pekerjaan berat. Belum lagi ketika malam seharusnya tidur, rupanya pikiran masih terus “ON”. Seperti didesak untuk terus berputar memikirkan masalah A, B, C, D, dst.

Kegiatan yang begitu padat, membuat kita seperti kehabisan waktu. Tidak ada waktu untuk berolahraga. Tidak ada waktu untuk makan secara teratur. Bahkan waktu untuk beristirahat pun nyaris tidak ada. Bersosialisasi dengan keluarga atau sahabat, mulai jarang kita lakukan. Dan tiba-tiba kita terperangkap dalam rasa kesepian. Kita merasa sendirian. Lalu stres pun muncul tanpa kita undang.

Ingin Bebas dari Stres?
Beberapa orang mendapat manfaat dari metode relaksasi, yang lainnya dari olahraga, beberapa yang lain merasa lebih baik dengan melakukan meditasi dan menerapkan teknik fokus mental, atau dengan belajar bagaimana mengidentifikasi dan mengubah pikiran dan keyakinan yang memicu stres. Tapi pertanyaannya adalah: apakah kegiatan-kegiatan itu memberikan JAMINAN bahwa yang menjalaninya pasti hidup bebas dari stres?

Kita mengerti bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini sifatnya hanya sementara. Termasuk manfaat dari metode-metode yang disebutkan di atas untuk mengatasi stress. Mengurangi mungkin iya, tapi untuk membebaskan seseorang dari stres, tidak mungkin bisa. Mengapa? Karena stres muncul tanpa kita undang, sewaktu-waktu, dan bisa disebabkan/dipicu oleh segala sesuatu. Metode-metode yang dipelajari dan punya manfaat mengurangi stres membutuhkan waktu khusus untuk kita luangkan. Sementara dengan kegiatan yang begitu banyak, dimana ini juga menyebabkan stres, kita justru kekurangan waktu!
Jadi bagaimana?

Cari Sumbernya!
Metode-metode di atas bukan tanpa penelitian. Semua sudah dianalisa dengan baik, dan diharapkan memberikan hasil yang terbaik. Kita juga diajar untuk bisa semampu kita mengenali apa yang dapat menyebabkan stres dalam hidup kita, lalu menentukan cara apa yang paling efektif bagi kita sendiri untuk mengatasi stres tersebut. Entahkah itu dari olahraga, meditasi, mengendalikan pikiran, dlsb. Tapi memang tidak ada jaminannya.

Nah, jika dunia tidak bisa memberikan jaminan, kita harus sadar bahwa masih ada TUHAN! Dia yang menciptakan segala sesuatu dari awal. Sang Pencipta yang membuat semuanya ada, mulai dari yang belum berbentuk dan kosong, sampai ada langit, bumi, dan segala isinya. Jadi siapa lagi yang bisa kita andalkan selain Tuhan? Tidak ada.
Dia berjanji dalam Matius 11:28, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

JanjiNya berlaku bukan untuk waktu tertentu. Di ayat tersebut tidak disebutkan, kapan kita boleh datang kepadaNya, apakah siang, sore, malam, subuh, dsb. Tidak. Kita bisa datang kepadaNya 24 jam, 7 hari seminggu, setiap detik. Setiap saat ketika tiba-tiba kita dicekam oleh rasa stres. Ketika tiba-tiba kita merasa kewalahan dengan rutinitas yang kita jalani. Ketika tiba-tiba kita membutuhkan kelegaan di tengah himpitan masalah. Tuhan hadir kapanpun, dimanapun kita berada, tanpa dibatasi waktu atau ruang. Pada saat mengendarai mobil di tengah jalan, kita bisa terhubung kepadaNya, mencurahkan isi hati kita betapa melelahkannya hidup ini. Dan DIA pun memberikan kelegaan tanpa Dia tunda-tunda. Tanpa waktu khusus, tanpa jam-jam “sakral”, dan tidak terbatas harus berapa menit, berapa jam baru kelegaan itu datang. Melainkan saat itu juga. Ketika kita membutuhkan, saat itu juga Tuhan memberikan kelegaan.

Mengapa? Sebab Dia mengasihi kita. Dia mengerti kesusahan kita. Dia peduli dengan apa yang kita hadapi. Seperti seorang ayah yang mencintai anaknya, tidak mungkin dia menunda-nunda ketika anaknya membutuhkan pertolongan. Tapi seandainya pun kasih orangtua terbatas, kasih Tuhan tidak pernah ada batasnya.
Stres akan selalu datang tanpa diundang. Rutinitas yang kita jalani tidak bisa begitu saja dengan mudah kita hilangkan. Hal-hal buruk, tidak bisa kita tolak ketika memang harus menimpa hidup kita. Tapi ingat, stres tidak akan bisa menguasai dan mengalahkan kita, ketika kita sadar bahwa masih ada Tuhan.

Berhentilah sejenak dari semua kebisingan hidup. Cari tempat untuk sendiri. Luangkan waktu mencurahkan isi hati kepada Tuhan. Datang kepadaNYA, dan DIA akan memberi kelegaan kepada kita. Kelegaan yang sempurna, yang Dia berikan, kapanpun, dimanapun, saat kita membutuhkannya. Sebab DIA Bapa yang baik.
Selamat menjalani kehidupan yang bebas dari stress bersama Tuhan.