IT’S ABOUT HEART

APR13Sebagai orang Kristen, kita semua pasti pernah diajar untuk “menghormati” Tuhan, kan? Waktu kecil saya diajar “menghormati” Tuhan dengan memakai pakaian yang bagus ke gereja. Agak lebih besar sedikit saya diajar untuk “menghormati” Tuhan dengan tidak ribut saat khotbah. Lebih besar lagi, saya diajar untuk “menghormati” Tuhan dengan memberikan perpuluhan. Lebih besar lagi saya diajar untuk “menghormati” Tuhan dengan menyanyi dan menyembah dengan “segenap hati”.

Mungkin di antara kita pun ada yang mengalami apa yang saya alami. Maybe yes, maybe no. Tapi sadar atau tidak sadar, ketika kita berbicara tentang “menghormati” Tuhan, kita langsung teringat akan sejumlah tindakan. Kenapa? Karena kita diajar untuk “menghormati” Tuhan dengan melakukan sejumlah tindakan tertentu. Seakan-akan dengan melakukan suatu perbuatan tertentu kita lalu sudah “menghormati” Tuhan. Kalau begitu caranya “menghormati” Tuhan, maka apa bedanya dengan orang tidak percaya? Tidak perlu jadi orang Kristen untuk melakukan semua tindakan “menghormati” Tuhan tadi ‘kan? Hanya dengan melakukannya berkali-kali pun kita akan sudah mahir “menghormati” Tuhan.  Karena yang diajarkan hanya sekadar tindakan, maka yang dibutuhkan adalah latihan.

Tapi apa begitu cara menghormati Tuhan?

Ada satu ayat yang sering saya baca tapi baru saya mengerti artinya sekarang, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati” (1 Samuel 16:7).

Sekarang saya sadar bahwa apa yang diajarkan pada saya dari kecil itu bukan untuk “menghormati” Tuhan, tapi untuk “menghormati” manusia. Ya, siapa lagi yang akan melihat penampilan saya kalau bukan manusia? Siapa yang akan melihat apakah saya memasukkan perpuluhan atau tidak kalau bukan manusia? Siapa lagi yang bisa menilai apakah saya memuji dan menyembah Tuhan dengan “segenap hati” kalau bukan manusia?

Kita tidak “menghormati” Tuhan dengan melakukan sejumlah tindakan tertentu karena Tuhan tidak melihat apa yang kita lakukan. Manusialah yang akan menilai apa yang kita lakukan atau kita pakai. Kita “menghormati” Tuhan dengan hati kita. Bila hati kita sudah “menghormati-Nya” maka hal itu akan muncul dalam tindakan kita. Bukan sebaliknya.

Menciptakan Hati yang Menghormati Tuhan

Karena “menghormati” Tuhan adalah masalah hati maka yang harus kita lakukan adalah memastikan hati kita penuh penghormatan kepada-Nya. Bagaimana caranya? Sekali lagi caranya sangat sederhana dan sangat mendasar sekali. Bangun persekutuan pribadi kita dengan Dia. Waktu kita mengenal Dia secara pribadi, maka rasa hormat itu akan muncul dengan sendirinya, bukan dibuat-buat. Setelah hati kita menghormati-Nya, tindakan kita akan mengikuti.

Be Balance

Menciptakan hati yang “menghormati” Tuhan butuh waktu dan tidak bisa kita samakan semua orang harus “menghormati” Tuhan dengan cara tertentu. So, selama kita dalam proses “menghormati” Tuhan, be balance. Jangan kita lalu bertindak seenaknya, misalnya berpakaian sembarangan saat ke gereja dengan alasan “Kan Tuhan melihat hati.” Ya memang Tuhan melihat hati, tapi manusia melihat penampilan. Tuhan mungkin tahu kita sedang dalam proses menghormati-Nya karena Dia melihat hati kita, tapi manusia ‘kan tidak tahu.

So, memang yang terpenting adalah hati kita menghormati Dia, tapi mari kita juga ikuti aturan tata krama, etiket yang ada dalam gereja dan masyarakat atau tempat di mana kita berada. Selamat menghormati Tuhan! (denny pranolo-INSIDE)

Leave a comment